"Waktu malam kak kan menginap di sana, pada pukul 12.00 malam, kakak tuh kebangun kan.., terus kak jalan ke kamar mandi, liat si diandra lagi berdiri depan cermin sebelah kamar mandi, terus duduklah dia  dan kamu mau tau ga dia ngapain?"
Dimas terdiam sedang menunggu kak Anis menyambung kalimat yang sengaja digantungkannya tersebut yang sengaja digantungkannya itu sampai semua suara membuat perhatian dimas berubah.
"Dimas......" teriak ibu dimas bergema di dalam rumah dan membuat kak Anis di telpon berkata," Ibu muh manggil tuh, entar kapan-kapan lagi aja ya kakak sambungin ceritanya."
"yah..., ko ngegantungin gitu sii" Dimas berbicara dengan nada kecewa.
"Hehe, gapapa biar kamu kepo, sana ibu manggil tu entar marah loh, kakak matiin ya dadah."
"Dadah kak Anis..." Dimas menutup telponnya lalu meletakkan kembali ponselnya.
Pada saat ini
Dimas terdiam sesaat memikirkan apa yang dibilang kakaknya tersebut namun terbuyar karena teriakan mamahnya tersebut.
"Dimasssssssss, kesini kumpul bareng yu." Panggil ibunya dari ruang keluarga.
Dimas tersadar bahwa seharian dia tiduran di kasur sedangkan keluarga lainnya sudah di ruang keluarga. Matanya menatap langit yang tampak ke jingga-jinggaan. Hembusan angin sore menerpa tubuhnya dan memberi perasaan yang merilekskan. Suara rantin pohon yang saling bertabrakan membuat suasana tersendiri." Dedaunan pohon bergerak bersamaan dengan angin yang terus bertiup. Entah mengapa, hari ini hawanya terasa aneh.
Dimas berlari kecil kea rah ruang keluarga. Semua sedang berkumpul di sana saling berbincang satu sama lain, namun perhatiannya berpindah pada suara larian, Dimas melirik ke kiri dan ke kanan, ada sesosok yang menghampiri Dimas.