Angin laut membelai wajahku. Jilbab dan pakaianku menari tertiup oleh angin di pagi, selepas Subuh. Aku sendiri sering mencuri waktu ke pantai ini, saat tak ada seorang pun berkunjung.Â
Seperti biasa, dengan bertelanjang kaki, aku menyusuri pasir putih di bibir pantai. Kurasa berjalan kaki tanpa alas akan membuatku lebih rileks. Ya, kedamaian terasa di pagi hari. Dan itulah yang aku cari.Â
Air laut mencium bibir pantai dengan pelan. Ujung celana panjang sudah jelas basah, sekalipun sudah kusingsingkan sedikit.Â
Kuhirup udara pagi. Kurentangkan kedua tangan. Udara yang benar-benar menyehatkan. Wajar jika anak-anak yang menderita flek paru-paru, diterapi dengan udara pantai yang bersih.Â
Sejenak mataku menangkap hal yang beberapa hari mengusik tanya dalam hati. Kudekati jejak-jejak sepatu di sana.
"Apa memang ada orang lain yang juga berada di sini, sepagi ini?" gumamku.
Jejak sepatu di pasir putih itu sama dengan yang kulihat di hari-hari sebelumnya. Kuikuti jejak-jejak itu, hingga jejak tak lagi kulihat. Lagi-lagi, seperti kemarin-kemarin, aku tak menemukan seseorang pun di sekitar pantai.
"Siapa sebenarnya pemilik jejak sepatu ini?"
***
Beberapa hari berikutnya, aku yang sangat penasaran dengan pengunjung pantai ---yang hanya meninggalkan jejak sepatu, tanpa pernah kutemui--- memutuskan untuk ke pantai lebih awal daripada kemarin.