Aku tersenyum sewajarnya saat Mbak Yani mulai usil.
"Iya, aku kudu semangat, Mbak. Biar lekas selesai KKN, fokus kuliah, skripsi, wisuda, terus nikah!"
"Hah, nikah?"
Kuanggukkan kepala.
"Mikirmu kejauhan, Tya!"
"Iya, memang, Mbak. Tapi ya itu tujuan akhir dari hidupku."
"Tujuan akhir hidup?"
"Iya, aku sudah ditunggu lelaki. Tapi nggak tahu, siapa dia!"Â
Perbincangan kami berdua kembali menjadi perhatian seisi posko.Â
"Jangan bilang kalau kamu dijodohkan, Tya!"
Kucubit keras Mbak Yani. Dia mengaduh. Teman-teman menertawakan kami. Sesaat kulihat ke arah Bima yang menatapku penuh misteri.