Aku hanya menarik napas dalam-dalam dan membuang perlahan.Â
"Ibu sulit, Syid."
Kudengar Rasyid membuang napas dengan kasar.
***
Kembali aku mencuri pandang ke arah perempuan berlesung pipi itu. Dia tampak resah, berjalan ke sana kemari, seakan ada yang ditunggunya. Hingga akhirnya air langit turun, setelah hawa dingin terasa. Dengan tergesa dia berjalan ke arah gazebo, tempatku sedari tadi memerhatikannya. Sesaat kemudian dia menyadari kalau ada aku di bawah gazebo yang sama.
"Lho, Pak Dewa. Masih di sini?" tanyanya.
"Iya. Masih merekap tugas para peserta pelatihan hari ini."
Perempuan itu mengangguk. Kepalanya didongakkan, matanya menatap ke arah atap gazebo yang tak henti meneteskan air hujan.
"Anda sendiri?" tanyaku, membuang rasa penasaran dengan sosok perempuan di depanku itu.
"Nunggu jemputan pacar, ya?"
Tak ada jawaban darinya. Hanya ada tawa kecil sejenak. Aku pun berkemas untuk pulang. Tak mungkin aku menunggu hujan reda, anakku sudah pasti menunggu kepulanganku.