"Ibu itu kok ngebet banget, pingin saya nikah. Kalau Rasyid mau nikah ya langsung dilaksanakan. Nggak usah nunggu saya, Bu."
"Ealah. Kamu ini dikasih nasehat malah gitu ucapanmu," ucap Ibu dengan sebal.
"Jangan sampai niat baik Rasyid sama Raya batal atau tertunda gara-gara saya. Ya, Bu!" bujukku.
Ibu membuang muka.
"Menikah itu lebih baik yang tua dulu, Wa."
Aku tertawa kecil. Sepertinya Ibu lupa kalau aku sudah menikah. Punya anak lagi.
"Iya, Bu. Saya sudah menikah. Artinya sekarang giliran Rasyid. Biar dia menyempurnakan ibadahnya. Jangan dihalangi, Bu."
"Tapi, Wa..."
"Rasyid sama Raya sudah sama-sama siap nikah. Mau disuruh nunggu juga?" tanyaku.
Ibu beranjak dari hadapanku dengan wajah bersungut.
"Gimana, Mas? Ibu masih berpendirian seperti kemarin?" Rasyid mendekatiku dan menanyakan perihal ucapan Ibu saat aku selesai mengobrol dengan beliau.