"Salsa, Ibu juga seneng dan bahagia lho berjodoh dengan ayahmu ini. Padahal dulu Ibu patah hati, sepatah-patahnya."
Tangan kiri Mas Amar yang mengusap kepala Salsa, singgah di kepalaku sejenak. Menoyor kepalaku pelan.
***
Seminggu berlalu. Salsa kini lebih bisa menerima apa yang sudah digariskan Illahi untuknya. Aku sangat bersyukur.
Saat ini dia sedang diajak jalan-jalan sama Mas Amar. Aku sendiri tak ingin mengganggu romantisme ayah dan putrinya. Patah hati hanya bisa diringankan dari cinta pertama seorang anak perempuan.
Aku yang tadi berbelanja ke pasar, asyik memasak menu spesial untuk Salsa dan ayahnya. Mereka, terutama Mas Amar, paling senang makan di rumah daripada jajan di luar, meski sedang bepergian jauh.
Kata Mas Amar, masakanku bisa menjadi mood booster baginya.Â
"Gombal!" seruku.
Mas Amar tertawa keras saat mendengar ucapanku itu. Lalu dia memelukku dan mencium keningku.
"Gombalanku itu cuma untuk kamu. Biar kamu seneng dan makin cinta sama aku."
Aku hanya tersenyum saat mendengar kata-kata garing darinya. Tapi memang itu salah satu caranya merawat cintaku untuknya.