"Kamu tuh ngapain tanya aku?"
"Siapa tahu, dia cerita-cerita apa gitu."
"Nggak ada."
"Bro! Kamu suka Lintang?"
"Kalau aku suka kenapa? Terus kalau nggak suka kenapa?"
"Ya, enggak. Memastikan saja, kalian ada hubungan khusus apa nggak."
Ya Allah. Untuk dekat dengan seorang perempuan saja perjuangan harus seperti ini. Jadi intel bagi diri sendiri karena kemungkinan besar aku bersaing dengan Rizky. Sementara temanmu yang lain tak kukenal sama sekali.
Kuingat lagi komunikasi kita beberapa minggu lalu.
"Aku kehabisan paket data. Ini aku balas pakai nomor Kak Maury."
Kucari nomor itu dan kuhubungi Maury. Entah, pemilik nomor itu teman kerjamu atau tetanggamu. Kutanya-tanya segala hal tentangmu padanya. Entah kenapa, akhirnya aku mendapat lampu hijau untuk bertanya apapun tentangmu. Maury mudah diajak komunikasi. Hingga aku jarang menghubungimu. Demi mendapatkan informasi tentangmu. Meski informasi tak jelas yang kudapatkan. Lucunya, Maury ini ingin dikenalkan dengan temanku yang seprofesi denganku. Katanya dia punya impian menikah dengan prosesi pedang pora. Kuiyakan saja permintaannya, asal dia memberikan informasi tentangmu.Â
***