"Aku di sini saja kalau begitu," ucapnya kemudian.
"Kasihan kamu. Di kelas sendirian."
Aku tertawa.Â
"Nggak apa-apa. Aku nggak bakalan nangis. Nggak bakalan hilang kok."
Razka tetap berada di bangkunya.
"Hei... lekas ke kantin sana!"
Kuusir Razka dari bangkunya.
***
"Kamu nggak ke kantin?" tanyaku di hari berikutnya.
"Nggak. Aku bawa bekal."
Razka mengeluarkan nasi bungkus dari dalam tas merahnya. Tas itu menjadi bahan ejekan dariku untuknya. Bagiku, laki-laki itu aneh kalau menggendong tas ransel merah menyala.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!