"Eh, mbak. Tunggu!"
Kuurungkan langkahku.
"Ini buat mbak Firna," pak Danar mendekatiku dan menyerahkan plastik.Â
"Wedang ronde, mbak. Biar nggak masuk angin".
"Nggak perlu, pak". Aku menolak tawaran pak Danar.
"Tenang saja, mbak. Itu baru saja kubeli dari penjual di depan sana. Nggak ada jampi-jampinya kok. Jadi aman".
"Nggak, pak. Terimakasih".
"Ayolah, mbak Firna. Kenapa sungkan seperti itu?"
"Saya permisi, pak. Tugas dari bapak belum selesai."
"Ah. Iya. Makanya biarlah wedang ronde ini menemani mbak Firna. Atau saya yang menemani mbak Firna?" Ucapan pak Danar memaksaku menerima wedang ronde darinya.
Branjang, 5 Februari 2023