Tapi, kurasa malah aku sendiri yang aneh. Hahaha... Bisa jadi pak Danar sudah menikah kan? Dan saat ujian skripsi dulu pertanyaan dari pak Mudi cuma bercanda kan? Ah, kukira aku harus berpikir seperti itu. Demi ketenangan hatiku.
***
Hawa dingin dan gerimis di Kaliurang membuatku menggigil. Tetapi tugas dari pak Danar untuk membuat Bahan Ajar ---atau Modul Ajar, sebutan saat ini--- harus selesai malam ini.Â
Sementara teman lain sudah selesai. Tak peduli seperti apa hasilnya nanti.Â
Aku sebenarnya juga ingin seperti itu. Tapi tadi sore, saat pak Danar memeriksa Bahan Ajar buatanku, beliau masih minta revisi. "Sumber bahan ajar masih kurang," begitu arahan beliau, sebelum aku dan teman sekelas ishoma sore.
Aku jadi ingat saat bimbingan skripsi dulu. Bedanya, dulu aku tanpa beban dalam bertanya ini-itu. Dan kini, aku terbebani oleh candaan empat tahun lalu.
"Yuk, mbak Firna. Kita makan dulu. Keburu habis nasinya," ajak Bu Rinta, teman sekamarku, membuyarkan kegalauanku.
Aku mengiyakan ajakannya.
***
Tiba di ruang makan, kulihat meja penuh.Â
"Meja penuh, Bu. Kita mau duduk di mana nanti?" Tanyaku saat mengambil nasi dan lauk serta buah.