"Ah...itu ayam, nak. Mereka senang berburu laron."
Ngeri melihat bagaimana laron menghindari ayam itu. Tiba-tiba aku merasa sangat bersyukur karena masih bersama ibu di rumah besar kami. Daripada menjadi laron, tetapi harus berpisah dengan ibu dan jadi sasaran hewan dan manusia.Â
Oh iya. Tadi ibu sempat bercerita kalau tidak semua rayap bisa menjadi laron. Hanya rayap tertentu seperti mbak Yaya. Untuk aku sendiri juga tak akan mengalaminya karena memang aku dan mbak Yaya berbeda. Â
Aku, rayap dari rakyat biasa. Sedang mbak Yaya dari golongan keluarga raja dan ratu. Ah...sudahlah. Tak apa. Aku takkan iri dengan mbak Yaya. Asal aku sehat bersama ibu, sudah kusyukuri.
Aku memeluk ibu. Kini aku paham maksud ibu, tentang rasa syukur meskipun tetap menjadi rayap. Toh rayap seperti kami juga sangat bermanfaat untuk menjaga kesuburan tanah. Itu sangat bermanfaat bagi manusia dan tumbuhan. Bukankah itu berpahala besar?