"Satu... Dua... Tiga...!"
Gajah dan Macan Tutul segera makan daging, jatahnya masing-masing. Kebetulan Macan Tutul sudah merasa lapar ---meski sudah sarapan sebelumnya--- sehingga daging jatahnya cepat habis.
Sedangkan Gajah dengan susah payah makan daging. Dia kesulitan untuk menelannya. Tak jarang dia memuntahkan daging yang tak tertelan.Â
Semakin lama, Gajah semakin eneg makan rumput dan daun. Setiap kali memasukkan daging, Gajah muntah duluan.
"Ayo. Cepat habiskan..." seru Semut.
Gajah akhirnya menyerah. Dia tak terbiasa makan daging. Jadi percuma untuk melanjutkan memakannya.
"Aku tak bisa makan ini, Semut. Aku muntah terus. Aku jadi lemas..."
Semut tersenyum. Dia melihat Gajah yang lemas.
"Nah... Gajah, kamu bisa merasakan kalau makan daging itu nggak enak. Itu bukan kebiasaanmu. Kamu muntah karenanya. Iya kan?"
Gajah mengangguk pelan. Macan Tutul mengambilkan air dari sungai untuk Gajah, lalu diberikan kepada Gajah agar tidak lemas.
"Yang bisa dilakukan Tutul, ternyata tak bisa kamu lakukan. Sebaliknya, yang biasa kamu lakukan juga tak bisa dilakukan oleh Tutul, seperti makan makan rumput..."