Macan Tutul mengalah dan memenuhi permintaan Semut. Begitulah kisah Macan Tutul sombong yang akhirnya sangat takut kalau bertemu dengan Semut.
Semut tersenyum mengingat hal itu. Namun dia sangat penasaran dengan yang terjadi pada Macan Tutul kali ini.
"Hai, Tutul...apa yang terjadi padamu?" tanya Semut.
Macan Tutul terkejut ketika melihat Semut. Dia menjadi sangat takut melihatnya.
"Kamu tak usah takut padaku hai, Tutul!"
Macan Tutul terdiam. Wajahnya terlihat pucat, saking merasa khawatir kalau akan digigit Semut lagi.
"Sudahlah. Katakan padaku. Kita kan sudah saling memaafkan. Jadi kita sudah berkawan. Kau ingat kan?"
Macan Tutul mengangguk. Pelan-pelan dia menceritakan bahwa dirinya ditantang oleh Gajah untuk bisa makan rumput. Tentu itu sangat sulit dilakukan oleh Macan Tutul. Kalau Macan Tutul kalah maka dia harus mau menjadi pelayan Gajah selamanya.
Sebaliknya kalau Macan Tutul menang maka Gajah akan menjadi pembantu Macan Tutul selamanya. Tentu saja tantangan itu terasa sulit dimenangkan Macan Tutul. Apalagi Gajah terkenal sebagai binatang yang kejam dan licik. Macan Tutul pernah dikejar Gajah, hingga dia terpaksa naik pohon untuk menghindari serangan Gajah.
"Tenanglah. Aku akan membantumu hai, Tutul. Kapan pertandingan makannya?"
"Besok pagi..."