" Iya, pak. Ada di parkiran..." jawabku sekenanya.
"Ya sudah. Kami pamit, pak. Pak instruktur hati- hati di jalan..."
Kuanggukan kepalaku.Â
"Terimakasih, pak..." aku menyalami bapak- bapak itu untuk kedua kalinya. Kulakukan hal yang sama pada Sherly.
Mereka berdua berjalan menuju hotel, tempat diklat mereka. Biar Sherly dikawal bapak- bapak itu. Aku sendiri segera pulang, meski harus menahan dingin selama perjalanan.
Biarlah. Biar jaketku menghangatkan Sherly yang masih belum mengungkapkan isi hatinya. Ya...seharusya tadi kami bicara empat mata ---dengan harapan kegalauan Sherly bisa hilang---, tetapi gagal.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H