(Oh begitu? Kok tidak ikut- ikutan ke kota...)
Pak Wardani menceritakan tentang keluarga almarhum Pak Ramdan. Sepeninggal Pak Ramdan, lima tahun kemudian Bu Ramdan menderita stroke. Nabila, yang juga teman kecilku, harus merawatnya. Meski dengan keterbatasannya sebagai anak tunggal.
Untungnya saudara Bu Ramdan cukup banyak. Ketika Nabila bersekolah, budhe atau buliknya yang menemani Bu Ramdan. Baru setelah pulang sekolah, Nabila merawat ibunya.
"Saiki Bila mulang neng sekolah kono..."
(Sekarang Bila mengajar di sekolah itu..."
Pak Wardani menunjuk sebuah sekolah kecil. Aku sendiri tak bersekolah di sana karena sudah berada di kota.Â
Ah Bila. Hanya dia satu- satunya temanku yang bertahan di kampung.Â
"Biasane Bila mrene bakda Maghrib. Nyepaki jaburan nggo ngaji..."
(Biasanya Bila ke sini setelah Maghrib. Menyiapkan jaburan untuk pengajian...)
Ternyata kebiasaan zaman dulu masih dilakukan, mengaji bersama setelah shalat Isya. Meski aku masih kecil aku masih ingat betul kebiasaan orang- orang kampung.
Dari kejauhan aku lihat seorang perempuan seusiaku menuju surau. Aku menduga perempuan itu adalah Nabila.