Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Surau

20 Agustus 2019   09:49 Diperbarui: 20 Agustus 2019   11:09 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pict: griyasanghipnotis.com

Setelah itu kami duduk mengelilingi pak Wardani. Beliau sangat disukai anak- anak. Beliau senang mendongeng. Abu Nawas adalah dongeng yang sering membuat kami terpingkal- pingkal karena dibawakan dengan apik oleh pak Wardani.

**

Pak Wardani selesai wudhu. Beliau melihat ke arahku. Aku tersenyum. Beliau juga tersenyum. Mungkin beliau memang pangling melihatku.

Kubiarkan pak Wardani menuju dalam surau. Pasti beliau akan beradzan. Akun kangen dengan suara beliau. Beliau mulai mengumandangkan adzan.

Aku menikmati dan meresapi suara yang lama tak kudengar. Kurindukan teman- teman kecilku. Masih di kampungkah mereka?

**

Selesai shalat Maghrib berjamaah, aku menunggu Pak Wardani di serambi surau. Aku ingin sekali berbincang dengan beliau.

Pak Wardani ini menjadi muadzin setelah muadzin sebelumnya meninggal dunia. Tepatnya mengakhiri hidupnya. Kuingat nama muadzin surau sebelum Pak Wardani adalah Pak Ramdan.

Yang jelas aku tak begitu paham mengapa Pak Ramdan nekat bunuh diri. Waktu itu aku masih berusia enam tahun kurang. Yang kuingat, dulu Mbokdhe Darmi berteriak di ladangnya. 

"Ramdan... Ramdan kae kena ngapa?" (Ramdan... Ramdan kenapa dia?")

Ternyata Mbokdhe Darmi melihat Pak Ramdan sudah terbujur kaku. Mata Pak Ramdan melotot dan mulutnya penuh busa. Begitu yang kudengar secara sekilas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun