Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Surau

20 Agustus 2019   09:49 Diperbarui: 20 Agustus 2019   11:09 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beliau mengingat- ingat namaku. Beliau masih bingung juga.

"Pak Imam, pak..."

Kusebut nama almarhum bapakku. Setelah itu barulah beliau mengingat aku.

"Walah, le. Wis gedhe kowe. Wis sukses ya. Alhamdulillaah..."

Aku tersenyum. Kemudian Pak Wardani bercerita tentang banyak hal. Dari cerita masa berpuluh tahun yang lalu sampai masa sekarang yang terjadi di kampung.

Dari cerita beliau, ternyata teman- teman kecilku banyak yang merantau. Alasan klisenya untuk memperbaiki perekonomian keluarga. Seolah tak ada yang mau membangun kampung.

Ah...tunggu dulu. Bukankah itu sama dengan almarhum bapakku? Aku tak boleh menghakimi teman- temanku juga.

"Sing isih betah neng kampung gur Nabila, le..."

(Yang masih bertahan di kampung hanya Nabiha, le...)

Aku mencoba mengingat nama itu. Kalau tak keliru dia anak Pak Ramdan satu- satunya.

"Oh mekaten? Kok mboten tumut teng kota..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun