Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hari Pernikahan Nita dan Andro

15 Agustus 2019   05:45 Diperbarui: 15 Agustus 2019   05:49 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya

Hari H pernikahan Nita dan Andro akhirnya tiba. Aku dan Sherly sebagai temannya jelas datang ke pesta mereka berdua. Teman seangkatan lainnya yang domisilinya tak terlalu jauh dari Jogja juga diundang dan hadir ke pesta meriah itu.

Sherly terlihat bahagia melihat Nita bersanding dengan Andro. Meski ketika proses ijab kabul tadi Sherly sempat menitikkan air matanya. Yang kutahu itu air mata bahagia karena teman dekatnya, Nita, telah menemukan pendamping hidupnya.

Kebahagiaan Sherly bertambah ketika melihat teman seangkatan juga datang ke pernikahan Nita dan Andro. Reuni kecil terjadi di sana. Meski tak lengkap, itu sudah mengobati kangennya sama teman- teman. 

Kebanyakan teman- teman kuliah merasa surprise dengan pernikahan Nita dan Andro. Maklum, mereka lebih paham dengan dunia asmara di kampus dulu. Tapi namanya jodoh, ya jadi rahasia Ilahi. Tak ada yang tahu. Bisa saja tadinya dekat dengan A tapi menikah dengan Z. Begitulah. 

"Sebentar lagi kamu dan Gesang gantian nikah. Kita reuni lagi ni..." celetuk Kurnia dengan usilnya.

Sherly tersenyum menampakkan lesung pipi yang aduhai. Kuperhatikan wajahnya. Tanpa dempulan tebal, tapi terlihat segar dan cerah. Kubayangkan nanti ketika kumenikahinya, pasti kalau dimakeover jadi manglingi. Seperti Nita yang saat ini terihat berbeda, lebih cantik dan anggun.

"Siap, mbak Kur. Doakan ya..."

Aku menanggapi Kurnia yang menggoda Sherly. Suasana jadi ramai. Maklumlah banyak perempuan daripada lelakinya. Tak tahu kemana pasangan teman- teman kuliahku itu. Atau mungkin mereka sengaja datang sendirian. Biar bisa leluasa ngobrol ngalor ngidul.

"Cieh... udah tak sabar ya, Sang..."

"Aku sabar kok, Yan. Sherly itu yang nggak sabaran..."

Aku menggoda Sherly. Biar sajalah. Nanti pas perjalanan pulang pasti Sherly akan protes.

"Kok aku...??"

Teman- teman berdehem melihat Sherly protes padaku. 

"Kan kamu yang sering kirim WA, suka kesel kalau tak segera kubalas kan...?"

"Itu kebalik ah, mas..." Sherly merajuk.

Hahahah... memang terbalik kok. Akhir- akhir ini aku yang sering kesal karena Sherly jarang mengirimkan pesan seperti dulu. Begitu aku yang kirim pesan, eh balasnya hari berikutnya. Entah HP itu buat apa. Ngakunya sih persiapan buat diklat.

Ya sudah, aku percaya saja. Yang penting dia sehat. Hatinya hanya untuk satu nama lelaki, Gesang. Hanya aku. Kalau keluarganya jelas menjadi nomor satu baginya. Itu tak kuprotes juga. Malah kudukung seratus persen.

Selama di pesta pernikahan Nita dan Andro, Sherly lebih sering ngobrol sama teman- teman. 

"Mumpung ketemu mereka, mas..." ucap Sherly.

***

Dalam perjalanan pulang, aku sengaja melambatkan laju mobilku. Prinsipnya alon-alon, waton tekan (pelan- pelan, asal sampai tujuan saja). Hahaha...

Bukan itu alasanku sebenarnya. Kangenku belum terobati sepenuhnya. Itu saja.

Sherly tampak diam. Matanya melihat suasana keramaian kota.

"Kok diem, Sher..."

Sherly tersenyum. Digelengkan kepalanya tanda dia baik- baik saja. Kuajak Sherly ke rumah makan. Meski tadi sudah makan di pesta pernikahan Nita dan Andro, rasanya perutku masih keroncongan.

Sambil menunggu makanan dan minuman yang kami pesan, kami ngobrol ringan.

"Nita tadi kelihatan cantik banget ya, mas. Jarang dandan terus dimake up jadi manglingi..."

Sherly membahas sahabat kuliahnya itu. Nama Andro tak disebutkan. 

"Andro gimana, Sher...?"

Sherly tak menjawab pertanyaanku. Aku sendiri juga aneh. Kenapa musti tanya hal yang unfaedah kayak tadi. Nanti Sherly jawab kalau Andro cakep, bisa jadi masalah juga.

"Sher, kamu pernah denger nggak kalau ada manten kayak Andro dan Nita tadi terus ada yang ngambil kembang melati dari mantennya, tak lama kemudian bisa nyusul nikah..."

Sherly hanya mengangguk. Memang ada sedikit mitos seperti itu. Mengambil kembang melatinya manten bisa bikin enteng jodoh atau cepet nyusul menikah.  

Ah...ada juga mitos kalau kembang melati punya manten lelaki diambil sama manten perempuan tanpa sepengetahuan manten lelaki maka kalau suatu saat si perempuan hamil atau mau melahirkan maka si lelakilah yang nglarani atau merasakan ngidam atau sakitnya melahirkan. 

Kalau dipikir- pikir memang itu mitos yang unik dan tak masuk akal. Tapi kadang dilakukan juga sama tamu yang belum menikah.

"Coba kamu lihat ya, Sher. Apa yang kumasukkan ke saku jasku tadi..."

Aku mengeluarkan benda unik yang pasti membuatnya terkejut dan tertawa. Kuberikan benda yang kugenggam kepada Sherly. Apalagi kalau bukan kembang melati manten yang kuambil secara diam- diam pas foto bareng tadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun