"Ya udah. Mas tutup dulu telponnya..."
Sherly merespon cepat dari ucapanku tadi. Aku jadi terhenyak sendiri. Aku sadar dengan ucapanku. Baru saja diangkat teponnya kok aku malah agak sewot. Â Aku harus meralat ucapanku, daripada Sherly yang menutup teleponnya.
"Ya...nanti saja ngeceknya..."
"Terus...?"
Aku berpikir keras, mesti ngomong apa. Semua pertanyaan di kepalaku tiba- tiba berlarian entah ke mana.
"Aku kangen kamu, Sher. Kamu ngapain saja sehari ini...? Maaf ya...mas seharian ini sibuk. Jadi nggak sempat baca dan balas chatmu.."
Sherly tertawa kecil.
"Tak apa, mas. Aku paham kok. Lagian sehari ini aku juga bantu- bantu masak di rumah nenek..."
"Oh ya...? Masak apa?"
"Masak air, mas..."
Sherly tersenyum. Aku tahu, kali ini dia bercanda. Tak mungkin seharian sibuk masak air. Masak air butuh berapa lama sih. Aku sebagai lelaki juga tahu kalau masak air tak butuh waktu sampai berjam- jam.