Kuhabiskan makanku. Mau persiapan ke masjid juga. Aku mulai menertibkan diri untuk beribadah, sebelum aku memulai biduk rumah tangga dan berperan sebagai imam bagi istri dan anak- anakku kelak.
Tanpa pesan kenegaraan Sherly untuk shalat, aku harus menyadari diri sebagai lelaki. Aku sadar bahwa menikah harus siap lahir batin. Menikah tak seindah yang terbayang saat ini tapi harus diperjuangkan terus dengan kesiapan lahir batin baik sang suami maupun istri.
**
Selepas Isya, aku agak risau juga. Kulihat chatku sudah dibaca Sherly, tapi tak ada respon apapun. Tak seperti biasanya. Kalau menerima pesanku dan sudah membacanya, langsung dia balas. Aku jadi khawatir juga kalau dia ngambek.
Daripada aku galau tak karuan, aku Video Call Sherly. Sekali dua kali tak ada respon juga. Untuk ketiga kalinya aku hubungi dia lagi. Alhamdulillah akhirnya diangkat juga Video Call- ku.
Perempuan ayu berjilbab biru menyapaku dengan senyum indahnya. Benar- benar membuat duniaku menjadi indah, penuh bunga dan bintang. Iya...karena dia bungaku dan bintang hatiku.
"Kamu tadi kenapa tak membalas chatku?"
"Chat apa, mas?"
Sherly terlihat tak memahami pertanyaanku. Atau mungkin dia baru mengetes kesabaranku. Hmmm...aku harus sabar. Ingin kudengar alasannya. Semoga alasan yang bisa menenangkan hati dan perasaanku.
"Coba kamu cek..."
Ahh...kenapa kalimat itu yang keluar dari mulutku? Seolah tak ada kalimat lain yang lebih enak didengar.