Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Keputusan

11 Juli 2019   05:18 Diperbarui: 11 Juli 2019   05:41 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Penjelasan? Penjelasan apa yang mas maksud? Jika mas sendiri sudah mengambil keputusan untuk mempertahankan..."

Tak kulanjutkan ucapanku. Aku lepas kontrol. Sudah seharusnya aku tak berharap jauh akan hubunganku dengan ayah Husna. Apalagi mengatakan sebuah pernyataan bodoh seperti yang kulakukan tadi. 

Ayah Husna mengambil kursi dari meja Bu Eka. Diletakkannya di samping kursiku. Diambilnya posisi untuk saling berhadapan denganku  Aku tahu dia menatapku.

"Putri... Iya, kamu benar. Aku akan mengambil keputusan atas rumah tanggaku. Aku ingin membicarakannya denganmu. Tapi kemarin kamu malah pulang duluan..."

Air mata yang tertahan sejak tadi, akhirnya tumpah juga. 

"Put, kuharap air matamu itu lahir karena kamu bahagia. Aku inginkan itu, Put..."

Ibu jari tangan kanan ayah Husna menyeka air mataku. 

"Put, lihat aku..."

Ayah Husna memajukan posisi duduknya. Antara wajahku dan wajahnya hanya tersisa beberapa centi. Mata kami bertatapan. Tak lama kutundukkan wajahku.

"Kamu sudah tahu keputusanku, Put?"

Ayah Husna bertanya, seolah memastikan dan meyakinkan kebenaran dugaanku. Aku hanya mengangguk. Sepintas kulihat dia mengeluarkan sebuah kotak dari saku celananya. Lalu kotak itu dibukanya. Kulihat cincin cantik di kotak itu. Pastilah untuk Intan, istrinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun