2. Antusias peserta didik (anggota kelompok) dalam mengikuti layanan terlihat jelas dalam memberikan masukan, saran dan solusi kepada anggota kelompok yang sedang dibahas masalahnya.
3. Wali kelas dan guru mapel memberikan respon yang positif yaitu dengan adanya layanan ini peserta didik yang tadinya tidak semangat dan tidak termotivasi untuk belajar sekarang menjadi lebih semangat.
Faktor keberhasilan dari strategi ini antara lain:
1. RPL sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
2. Peserta didik (anggota kelompok) Â aktif dalam layanan konseling kelompok yang diberikan.
3. Pemberian layanan menggunakan metode Reality Teraphy Teknik WDEP.
4. Guru Bimbingan dan Konseling menjadi pemimpin kelompok yang sesuai dengan harapan peserta didik (anggota kelompok).
5. Peserta didik mendapatkan pemahaman tentang pentingnya menghindari pengaruh-pengaruh yang terjadi di dalam rumahnya yang dapat mengganggu semangat belajarnya.
Terakhir, pembelajaran yang bisa diambil dari proses yang sudah dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok adalah guru bimbingan dan konseling menjadi lebih profesional untuk memilih pendekatan, metode dan teknik layanan yang sesuai dengan permasalahan yang dialami peserta didik.
Seorang guru dituntut untuk menilai secara keseluruhan dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Tentunya dalam instrumen yang lengkap mulai dari hasil AKPD, identifikasi masalah, indikator ketercapaian setiap langkah-langkah, dan rubrik penilaian untuk melengkapi penilaian akhir pembelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H