Seperti halnya di Indonesia, ketika mengunjungi banyak tempat di Tiongkok, kapanpun selalu tersaji teh hangat berwarna jernih dan harum, terasa sedikit pahit namun segar, membuat badan dan perasaan lebih santai serta bersemangat.Â
Minum teh tentu tidak dapat dipungkiri telah menjadi kebiasaan, tradisi, gaya hidup, dan kebanggaan masyarakat Tiongkok. Budaya teh Tiongkok telah terbentuk sejak ribuan tahun yang lalu, diwujudkan dalam tradisi dan ritual, juga merupakan karya seni bersejarah yang kaya.Â
Teh Tiongkok yang memiliki berbagai macam rasa khas dan manfaat kesehatan sangat menarik untuk diketahui lebih mendalam untuk memahami budaya Tiongkok secara luas.Â
Untuk memahami budaya teh Tiongkok tentunya kita akan menjelajahi narasi terkait legenda, sejarah, jenis-jenis teh Tiongkok, cara produksi, manfaat kesehatan, pengaruhnya ke dunia internasional, bagaimana teh meningkatkan perekonomian, dan tren kekinian teh.
Dalam suatu mitos tentang teh Tiongkok, dewa yang diagungkan berjuluk Shen Nong, memiliki perut transparan yang akan berubah menjadi hitam jika memakan barang-barang beracun.Â
Karena kemampuannya dia sering membantu orang mencicipi berbagai jenis tanaman untuk menguji apakah tanaman itu beracun atau tidak. Namun pada suatu hari, Shen Nong mengalami kemalangan karena mencicipi tujuh puluh dua jenis rumput yang beracun.Â
Perutnya berubah menjadi hitam pekat, sehingga dia merebahkan diri dengan lesu di bawah pohon. Pada saat itu, beberapa helai daun dari pohon itu tiba-tiba melayang jatuh.Â
Shen Nong memungut daun-daun dan memasukkannya ke dalam mulut. Dengan ajaib perutnya perlahan-lahan berubah menjadi transparan, racunnya hilang, dan kondisi fisiknya kembali sehat. Setelah pengalaman ini, orang-orang percaya bahwa daun ajaib yang menyembuhkan Shen Nong adalah daun teh.
Dari sumber tertulis yang menyinggung teh, terdapat semacam ensiklopedi teh pada masa Dinasti Tang (619-907 M), ditulis oleh seorang pecinta teh Lu Yu. Buku itu tidak hanya memberitahukan masyarakat tentang cara membuat teh, tetapi juga melukiskan budaya minum teh, sehingga di zaman Dinasti Tang minum teh merupakan kebiasaan sehari-hari dan juga bagian dari seni serta estetika.Â
Teh kemudian juga dijadikan sebagai komoditas dan hadiah penting pada masa Dinasti Song (960-1279 M) dan Dinasti Yuan (1271-1368 M). Oleh karena itu, kebiasaan minum teh bagi masyarakat Tiongkok telah berlangsung selama ribuan tahun dan menjadi tradisi.
Berdasarkan tingkat fermentasinya, teh bisa digolongkan menjadi 6 kategori, yaitu: teh hijau, teh merah, teh kuning, teh oolong, teh putih, dan teh hitam.Â
Teh hijau termasuk salah satu jenis teh yang tertua di Tiongkok dan dibuat dari daun teh yang dipetik dan belum mengalami fermentasi. Teh hijau yang paling terkenal di dunia adalah teh Longjing Danau Xihu dari kota Hangzhou, Provinsi Zhejiang.Â
Selanjutnya teh merah adalah teh beraroma khas dan dibuat dari daun teh yang mengalami fermentasi penuh. Rasa pekatnya membuat teh merah menjadi teh yang paling populer di seluruh dunia.Â
Teh kuning merupakan jenis teh yang hanya diproduksi di Tiongkok. Teh kuning memiliki proses pengolahan yang serupa dengan teh hijau, namun sedikit difermentasi.
Tidak asing lagi bagi orang Indonesia mendengar nama teh oolong. Teh ini termasuk teh setengah fermentasi yang tingkatnya di antara teh hijau dan teh hitam. Teh oolong memiliki sifat teh hijau dan teh merah, yaitu beraroma segar dan berasa manis kental.Â
Kemudian teh putih merupakan teh yang termasuk unik dan langka di Tiongkok, yang julukannya didapat karena menyerupai pucuk daun yang putih. Tingkat fermentasi teh putih bahkan lebih rendah daripada teh kuning.Â
Yang terakhir adalah teh hitam, yaitu semacam teh yang terkenal dengan hitam warnanya dan beraroma kental. Berbeda dengan teh yang lain, proses fermentasi teh hitam memerlukan fungsi mikroorganisme dari lingkungan luar.
Berdasarkan persebarannya, Institut Penelitian Teh dari Akademi Ilmu Pertanian Tiongkok telah membagi empat wilayah budidaya teh Tiongkok, yaitu wilayah teh Tiongkok selatan, wilayah teh di bagian utara sungai Yangtze, wilayah teh di bagian selatan sungai Yangtze, dan wilayah teh barat daya.Â
Pembagian ini didasarkan atas kondisi iklim, kondisi tanah, dan selera penduduk. Oleh karenanya teh yang ditanam di daerah tersebut berbeda, masing-masing memiliki karakteristik khusus.
Wilayah teh Tiongkok selatan, termasuk provinsi Guangdong, Guangxi, Fujian dan Hainan, di mana salah satu jenis teh yang paling terkenal adalah Tieguanyin. Permukaan daunnya melengkung, rasanya lembut dan segar.Â
Wilayah teh di bagian selatan sungai Yangtze merupakan wilayah teh yang menghasilkan jumlah teh terbesar di Tiongkok. Jenis teh di wilayah ini adalah Longjing, Jingshan dan lain lain. Warna teh di wilayah ini biasannya lebih transparan, jernih, dan rasanya sedikit pahit.Â
Wilayah teh barat daya, terletak di barat daya Tiongkok, merupakan asal usul teh di Tiongkok. Produksi utama di daerah dengan kontur bergunung-gunung ini adalah teh hitam. Setelah Jalur Sutra dibangun, teh hitam diekspor ke Eropa dan sangat disukai oleh bangsawan Eropa. Rasa teh hitam lebih kental daripada teh hijau atau teh putih.Â
Di wilayah teh bagian utara sungai Yangtze, dibandingkan dengan tiga wilayah teh lainnya yang memiliki suhu rendah dan curah hujan tahunan yang rendah, tanaman teh kurang cocok untuk tumbuh di sini. Produksi teh yang paling terkenal di sini adalah teh hijau.
Teh sebagai minuman dan simbol budaya penting Tiongkok ini dibuat melalui proses pengolahan yang panjang, sebelum siap untuk disajikan serta mempertahankan esensi kualitasnya secara maksimal.Â
Proses produksi teh melibatkan beberapa langkah, yang dimulai dari pemetikan dan diakhiri dengan penyimpanan. Cara produksi atau tahapannya secara garis besar sama, dengan sedikit variasi, meskipun setiap jenis teh memiliki rasa, aroma, dan bentuk yang berbeda-beda.Â
Pertama adalah proses penanaman. Tanaman teh biasanya tumbuh di kawasan tropis, dan harus berada di dataran tinggi dengan ketinggian 600-800 meter di atas permukaan laut serta ditanam pada tanah masam dengan tingkat keasamaan 4,5-5,5. Kedua adalah proses pemetikan yang mana tidak boleh sembarangan memetik, karena bisa memengaruhi rasa teh.Â
Waktu untuk memetik daun teh sangat penting, yang mana secara umum lebih baik memetik teh sesaat tunas baru tumbuh dan pada hari yang cerah. Pemetikan sebaiknya dilakukan dengan cara manual, yakni menggunakan tangan dengan halus. Biasanya bagian tanaman teh yang dipetik adalah pucuknya.
Proses yang ketiga adalah memanaskan daun teh (shaqing). Daun teh yang telah dipetik harus segera diproses untuk mencegah penurunan kualitas daun teh, yaitu dengan cara "memanaskan daun teh".Â
Pada proses ini, suhu tinggi digunakan untuk menghancurkan aktivitas berbagai enzim oksidatif pada daun, kemudian mempertahankan warnanya, dan mengeluarkan aromanya.
Proses keempat adalah meremas atau menggiling, yaitu meremas daun teh menjadi potongan-potongan panjang dengan tangan. Kelima adalah proses pengeringan. Proses ini dilakukan menggunakan mesin dengan 120-150 derajat celcius.Â
Pengaturan suhu dan waktu pengeringan sangat memengaruhi rasa teh. Langkah keenam dan terakhir dari proses pembuatan teh adalah pengemasan, artinya daun teh yang sudah kering dan siap dikonsumsi, dikemas lalu siap untuk dijual.
Teh telah dengan sukses diwariskan turun-temurun dan tersebar luas ke seluruh dunia karena berbagai manfaat yang baik untuk kesehatan manusia. Seperti halnya manfaat yang dimiliki kopi, oleh karena kandungan kafeinnya, teh dapat membuat kita lebih bersemangat dan menghilangkan kelelahan.Â
Selain itu, teh juga bisa membantu menurunkan berat badan. Teh merupakan minuman yang hampir tidak memiliki kalori. Kandungan di dalam teh dapat menghambat penyerapan lemak.
Teh juga membantu membakar lemak lebih banyak saat kita berolahraga. Kemudian teh juga memiliki manfaat pengobatan tradisional Tiongkok, karena minum teh bisa mengeluarkan panas dalam dan mendorong metabolisme badan kita.Â
Daun teh tertentu, misalnya teh Shiliang dari provinsi Zhejiang termasuk bahan obat tradisional Tiongkok untuk mengobati flu. Teh juga sangat baik untuk meningkatkan kesehatan jantung kita.Â
Teh punya khasiat anti inflamasi lewat kandungan katekin, yang dapat membuat pembuluh darah relaks dan jernih sehingga mengurangi tekanan pada jantung. Selain dari yang sudah disebut di atas, teh masih memiliki manfaat yang lain dan ini merupakan alasan penting bagi masyarakat Tiongkok sangat suka minum teh.
Teh yang berkhasiat, juga sebagai komoditas penting Tiongkok, ternyata berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi serta membantu program pengentasan kemiskinan.Â
Untuk mencapai tujuan perjuangan seratus tahun pertama, yaitu berhasil membangun masyarakat cukup sejahtera secara menyeluruh pada tahun 2021, pemerintah Tiongkok telah berusaha mengentaskan kemiskinan masyarakat. Teh merupakan salah satu unsur penting dalam kebijakan pemerintah tersebut.Â
Desa Guocha di Provinsi Hunan contohnya, pada tahun 2022 memiliki industri teh chun atau teh musim semi yang sudah membuat pendapatan asli daerah menjadi sebanyak 80 juta yuan (setara 160 milyar rupiah) lebih dan jumlah kunjungan wisata ke desa ini pada tahun 2023 sudah melebih 200 ribu orang. Dengan perkembangan industri teh, kemiskinan berhasil dientaskan dan kualitas kehidupan penduduk lokal terus diperbaiki.Â
Di Tiongkok masih terdapat banyak contoh seperti desa tersebut, misalnya desa Shibadong provinsi Hunan, kabupaten Xixiang di provinsi Shaanxi, dan lain-lain. Banyak hal telah membuktikan teh merupakan produk unggulan dalam program pengentasan kemiskinan.
Di seluruh dunia hanya ada dua macam pengucapan teh dalam berbagai bahasa, yaitu "cha" dan "teh", atau tea dalam bahasa Inggris. Kosakata cha disebarkan lewat darat, sedangkan kosakata teh disebarkan lewat laut.Â
"Cha" berasal dari bahasa Mandarin dan "teh" berasal dari dialek yang digunakan di pantai selatan Tiongkok. Teh menjadi salah satu komoditas terpenting yang diekspor dari Tiongkok selama masa perdagangan kuno, dan juga disukai masyarakat dunia. Bukan hanya bahasanya saja yang memiliki pengaruh internasional, tetapi budaya teh dari Tiongkok juga mempunyai pengaruh internasional.Â
Cara penyeduhan yang sangat sopan dan elegan dalam membuat teh dengan gaya Tiongkok sangat dikagumi seluruh dunia. Budaya minum teh tradisional Tiongkok telah menyebar ke banyak negara di Asia Timur, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari etika mereka.Â
Misalnya, ritual "Cha Dao" di Jepang berasal dari provinsi Guangdong, kemudian menggabungkannya dengan kehidupan sehari-hari, seperti agama, filosofi, etika, dan estetika lokal untuk menjadi aktivitas budaya dan seni yang komprehensif.Â
Pada tanggal 27 November 2019, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan pada tanggal 12 Mei setiap tahunnya sebagai Hari Teh Internasional.
Seiring berjalannya waktu, tren-tren baru dalam industri bisnis teh bermunculan di Tiongkok. Salah satu tren yang paling populer adalah teh susu, menjadi salah satu minuman yang paling populer di kalangan masyarakat Tiongkok seperti halnya coca cola.Â
Teh susu merupakan minuman campuran teh dengan susu yang secara tradisi juga dibuat oleh banyak suku dan negara lain. Sekarang ekosistem industri teh susu di Tiongkok sudah sangat lengkap dan maju. Khususnya pada beberapa tahun ini, pasar teh susu di Tiongkok tumbuh dengan pesat.Â
Pada tahun 2020, jumlahnya gerai teh susu sudah melampaui angka 348.000 gerai dan diperkirakan akan mencapai 500.000 pada tahun 2023. Sementara nilai total pasarnya sudah menembus 170 miliar yuan pada tahun 2022 dan diprediksi akan mencapai lebih dari 220 miliar yuan pada tahun 2023.Â
Selain perkembangan teh susu, juga terdapat tren-tren baru lainnya seperti digitalisasi industri teh dan integrasi industri teh dengan pariwisata. Selama ribuan tahun, budaya teh Tiongkok berkembang, menyesuaikan keadaan industri, teknologi, dan sosial masyarakatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H