Mohon tunggu...
Yuniarto Hendy
Yuniarto Hendy Mohon Tunggu... Jurnalis - Dosen Bahasa Indonesia di Beijing

Youtube: Hendy Yuniarto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Penjaga Penginapan

19 April 2020   20:31 Diperbarui: 19 April 2020   20:50 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kususul segera si penjaga penginapan yang kira-kira sudah beberapa puluh meter di depanku. Kukira ia akan segera kutemukan namun ternyata aku sendiri yang kehilangan jejaknya. Aku sadar telah tersesat.

Aku harus berbalik arah dan turun dengan segera daripada aku terus ke depan, melanjutkan pendakian tanpa harapan bertemu penjaga penginapan dan meraih puncak gunung. Sia-sia juga jika sampai puncak namun ku tak ada energi tersisa turun. Dengan segera kuberbalik arah, menuruni pegunungan dengan lebih cepat dibanding saat mendaki. Ku lewati semak-semak pohon berduri yang kulewati sebelumnya tanda aku tak memilih jalan yang salah.

Saat landai ku berjalan lebih cepat, sebelum matahari tenggelam. Ku hampir kehilangan arah saat tiba di padang rumput luas dan tak ingat lagi jalan mana yang aku harus pilih. Sesaat ku berpikir apa gunanya aku datang ke gunung ini tanpa tujuan yang jelas. Mendaki gunung mungkin adalah tujuan awalku, namun mengapa harus menyiksa diri berlebihan. Kumerasa egoku telah mengalahkan segalanya hingga ku sadar betapa tak berdayanya aku di hadapan kenyataan.

Tiga jam lagi matahari akan tenggelam dan jika tak cepat kuambil jalur yang tepat maka aku akan berjalan di kegelapan malam dan dingin yang menusuk. Semua itu mungkin tak lantas membuatku mati, tapi kedinginan dan membeku pelan-pelan nampaknya lebih mengerikan. Sesaat kuingat-ingat jalur mana yang pagi tadi kuambil. 

Tiba-tiba kuingat kumpulan kuda bersama penunggangnya melewati padang rumput ini. Mungkin jika aku mengikuti jejaknya maka aku pun bisa sampai ke bawah. Tanpa bepikir dua kali ku telusuri jejak-jejak kuda dengan harapan sampai ke bawah sebelum senja tenggelam.

Maka sampailah aku di pos penjagaan di awal kumulai mendaki. Aku merasa bersyukur dapat turun gunung dengan selamat, namun sesaat juga berpikir si penjaga penginapan yang khawatir dan mencariku di atas. Mungkin ia pun tahu aku bakal turun dengan segera ketika ku tak mampu lagi melanjutkan pendakian. 

Setelah kutunggu lama di depan penginapannya dan hari telah gelap ia pun datang. Aku merasa bersalah dan meminta maaf segera kepadanya. Ia tak keberatan sedikitpun, malah bersyukur aku dapat turun dengan selamat.

"Kini kau tahu mengapa aku harus mendampingimu, karena tidak banyak orang yang memperhatikan bahwa ketinggian memengaruhi pikiranmu." 

"Maafkan aku. Kini ku tahu mengapa banyak orang menganggap gunung itu misterius."

"Kuingin kau lebih percaya oksigen daripada hal-hal mistis."

"Berapa banyak orang yang telah tersesat di atas ?" tanyaku penasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun