Mohon tunggu...
Yuniarto Hendy
Yuniarto Hendy Mohon Tunggu... Jurnalis - Dosen Bahasa Indonesia di Beijing

Youtube: Hendy Yuniarto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Penjaga Penginapan

19 April 2020   20:31 Diperbarui: 19 April 2020   20:50 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau bilang gunung ini misterius ? bisakah kau ceritakan kepadaku."

"Gunung ini sangat keramat bagi suku Tibet Garze. Tak sembarang orang dapat mendakinya dengan bebas. Seperti kau yang harus kupandu naik ke atas. Semua ini agar setiap pendaki taat terhadap aturan adat dan terhindar dari hal yang tak diinginkan."

"Ku melihat bangunan berbentuk segitiga yang disusun dari potongan-potongan batu tak jauh di depan. Seperti tugu peringatan ?"

"Tempat untuk beribadah dan meletakkan sesajian. Kau lihat setiap benda yang dipasang bendera berwarna warni itu tanda kesakralan."

"Aku ingin berfoto di depannya. Tolong bantu aku"

Kami pun melanjutkan perjalanan menuju puncak yang mungkin akan dicapai selama 6 jam. Perjalanan semakin terasa berat karena medan menanjak dan bebatuan yang menghambat langkah. Semak semak pohon berduri panjang paling membuatku kesal. Jaketku beberapa kali tertusuk dan koyak. Kupercepat langkahku untuk keluar dari hutan semak dan kemudian rehat.

Karena seringkali berhenti istirahat aku mungkin tak akan sampai ke puncak selama 6 jam, dan aku tak bisa menginap di atas karena tak ada tenda serta peralatan yang cukup. Kulihat dari kejauhan di padang rumput ada beberapa anak muda yang menunggangi kudanya, berlari cepat, sambil menggiring kuda-kuda lainnya. Sangat menakjubkan. 

Juga kumpulan yak yang merumput tanpa dikawal oleh penggembalanya. Sambil beristirahat aku memotret pemandangan indah pegunungan ini, juga menyantap daging asap serta meneguk arak putih yang kubeli di kota.

Semakin naik ke puncak semakin kumerasa pusing dan lelah. Kuberhenti istirahat lebih sering daripada beberapa jam yang lalu. Si penjaga penginapan mengatakan sebentar lagi kami telah melewati 3/4 perjalanan menuju puncak. Namun semakin berjalan maju mengapa puncak tak lagi terlihat jelas. Mungkin karena kami masih berada di pegunungan yang menghalangi puncaknya. 

Dari kejauhan kulihat sebuah rumah kecil yang berbentuk seperti tempat peristirahatan. Kukatakan kepadanya kuingin beristirahat lagi di depan rumah itu. Kumendengar sayup ia mengatakan "ya, aku akan berjalan ke depan".

Tak kuhiraukan lagi dia. Aku ingin duduk dengan agak lama sebelum kumenyusul ia yang terlihat semakin buram di depan. Tak kusangka air yang kubawa tinggal sedikit. Mungkin beberapa tegukan lagi habis. Maka segera kuputuskan aku harus turun sebelum kumerasa tak ada sisa daya karena kehabisan air. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun