Mohon tunggu...
Yuniarto Hendy
Yuniarto Hendy Mohon Tunggu... Jurnalis - Dosen Bahasa Indonesia di Beijing

Youtube: Hendy Yuniarto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bukan Perempuan Sisa

12 Februari 2020   15:15 Diperbarui: 12 Februari 2020   15:13 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Baik, Meijin. Dengar ya. Aku tak punya maksud untuk mengkritik apapun tentang keadaan yang kau hadapi ataupun yang sedang terjadi di sini. Aku menghormati itu semua." Berharap ia akan mengerti.

"Maafkan aku, mungkin karena aku juga salah menilai. Aku hanya tidak suka dengan pasar jodoh itu, mungkin kau juga." Ia kembali merogoh sakunya. Kali ini mengangkat panggilan, berbicara dengan sopan dengan suara lelaki tua, sudah pasti ayahnya.

"Ayahku memanggil dan aku harus ke sana. Kau boleh add akunku, scan ini." Ia menawarkanku add akun medsosnya.

"Terima kasih, mungkin ada waktu kita bisa mengobrol lagi, banyak hal yang aku ingin bicarakan." Harapku menanti.

"Tak masalah." Sepertinya berjanji.

Bagiku ia bukan perempuan sisa, tapi ungkapan ini tetap hidup di masyarakat yang sudah kupahami sejauh ini. Bulan berganti dan musim berganti dari dingin ke semi, semakin hangat. Aku tak menyangka aku tetap berkomunikasi dengannya, meskipun singkat. Kami berencana bertemu pada musim selanjutnya, musim di mana danau di taman akan pada puncak kencantikannya, seperti Meijin, dan kami akan membicarakan topik lain, lebih menyenangkan, bukan perempuan sisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun