Mohon tunggu...
Johansyah Syafri
Johansyah Syafri Mohon Tunggu... Editor - Pelayan Publik

Kata Imam Syafi'i, "Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Legenda Desa Jemenang, Harlah pada 12 Februari

14 Februari 2023   23:53 Diperbarui: 15 Februari 2023   13:55 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantor dan aparatur Pemerintah Desa Jemenang (Foto: Pemerintah Desa Jemenang) 

Jemenang merupakan salah satu desa dari 75.266 desa di seluruh Indonesia (23.045 di antaranya di Sumatera).

Desa dengan luas wilayah 38,66 km kuadrat ini, juga adalah salah satu dari 16 desa di Kec. Rambang Niru, Muara Enim, Sumatera Selatan, dan merupakan desa tua usianya.

Jemenang berdiri dari gabungan Puyang Empat Penjurai Lima.

Puyang adalah dialek masyarakat Sumatera Selatan untuk Poyang. Poyang menurut KBBI V, maknanya leluhur; nenek moyang. Nenek moyang dalam bahasa Jemenang adalah nenek puyang.

Puyang Empat Penjurai Lima adalah Puyang Tanah Putih, Puyang Siak, Puyang Kiyai, Puyang Kapas, dan Penjurai Puyang Kebalikan di Mandi Angin Gumai Talang.

Gumai (Gumay) Talang merupakan salah satu Kec. di Kab. Lahat, Sumatera Selatan. Di Gumay Talang memiliki 15 desa. Salah satunya Desa Mandi Angin.

Di mana makam para leluhur Jemenang tersebut?

Menurut mantan Kades Jemenang Kandar Asmanto, Puyang Tanah Putih makamnya di dekat Desa Air Enau UPT XI yang dulu merupakan lokasi Transmigrasi (Trans) Unit XI Air Enau.

Trans Unit IX Air Enau ini dahulu dikenal sebagai Talang Aek Enau 'Air Enau'. Dinamakan demikian, konon dahulu banyak pohon enau atau kabung.

Jika orang Jemenang mengatakan minum aek kabung, berarti minum air enau. Tumbuhan jenis palem yang niranya disadap untuk dibuat gula dan ijuknya untuk berbagai keperluan seperti atap rumah, nama ilmiahnya Arenga pinnata.

Puyang Siak di Desa Lubuk Raman. Puyang Kiyai juga di Lubuk Raman ujung, dekat Sungai Limau.

Begitu pula Puyang Kebalikan juga di Lubuk Raman, di dekat SK II yang lebih populer dengan nama tikungan Puyang Sungai Regas. Kemudian, Puyang Lubuk Kapas berada di Jemenang.

Lokasi Desa Jemenang Lama

Sekitar tahun 1700, Jemenang namanya belum seperti sekarang, yakni Tanjung Ringit.

Ringit dimaksud berkemungkinan besar (dalam bahasa Indonesia) adalah rengit. Rengit adalah serangga kecil; agas. Sedangkan tanjung bermakna tanah menganjur atau menjorok ke arah danau.

Maksudnya, lokasi Tanjung Ringit berada di dekat/pinggir sebuah danau yang memiliki tanah yang menjorok ke arah danau tersebut.

Sebelum pindah ke lokasi sekarang, Desa Jemenang (disebut sebagai Jemenang Lame) berada di Air Kejadian (dekat Simpang Enam/Limau Barat).

Air Keladian merupakan Trans Unit X Air Talas yang kemudian bermetamorfosis menjadi Desa Air Talas.

Selain warga lokal, di Trans Unit X ini juga ada transmigran dari Pulau Dewata, Provinsi Bali, makanya dikenal pula dengan sebutan Trans Bali. Di Trans Bali ini memang ada sebuah danau.

Air Talas menjadi lokasi Jemenang Lame 'lama' sekitar seperempat abad atau 25 tahun, dari tahun 1751 s.d. 1775.

Mengapa disebut Air Keladian? Salah satu makna akhiran -an, yakni 'menyatakan keseluruhan atau himpunan'.

Sesuai makna akhiran -an tersebut, besar kemungkinan (dapat dipastikan), di lokasi Jemenang Lame (di sekitar danau) banyak terdapat keladi; talas.

Bisa jadi, keladi-keladi tersebut sengaja dibudidayakan untuk diambil umbinya sebagai salah sumber bahan makanan masyarakat pada waktu itu.

Jenis keladi ada sekitar 600 species, sebanyak 150 species di antaranya ditanam untuk dijadikan bahan makanan. Salah satunya keladi air.

Pindah ke Tempat Sekarang

Akibat terjadi serangan wabah penyakit di Air Keladian (Jemenang Lame), pada tahun 1776 pindah ke lokasi sekarang (Jemenang sekarang). Lokasinya di pinggir Sungai Bihek (Birek).

Pada saat kepindahan dari Air Keladian ke lokasi desa saat ini, terbentuk satu desa baru, yakni Desa Tanjung Menang.

Artinya, antara warga Jemenang dan Tanjung Menang, memiliki leluhur yang sama. Satu nenek puyang.

Wabah penyakit apa yang menyebabkan pindahnya lokasi desa dari Air Keladian ke tempat sekarang?

Sejauh ini tak ada "jejak digital" yang bisa menerangkannya yang bisa dijadikan referensi.

Namun, bila dikaitkan dengan nama awal Jemenang, yakni Tanjung Rengit/Ringit (lafaz dalam bahasa Jemenang: ghengit), lokasinya di Air Keladian, serta makna rengit menurut KBBI V, bisa jadi wabah tersebut disebabkan nyamuk.

Rengit adalah serangga kecil (sejenis nyamuk). 

Serangga yang hidup dengan "dua alam" adalah seranggga semiakuatik (hidup di air dan di darat), di mana kehidupan fase larvanya adalah air.

Selain capung (bahasa Jemenang: kinjang atau laki-laki aek 'air'), serangga semiakuatik lainnya adalah nyamuk.

Berbagai jenis nyamuk yang termasuk Genus Anopheles, Aedes, Mansonia, dan Culex (anggota dari Familia Culicidae) merupakan serangga vektor berbagai penyakit pada manusia seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah/ filariasis, cikungunya dan sebagainya.

Berdasarkan banyak rujukan, pada saat itu, selain malaria, jenis penyakit lainnya yang disebabkan nyamuk, belum begitu dikenal.

Kesimpulannya, mendekati 100% wabah yang menyebabkan pindahnya Jemenang dari Air Keladian ke lokasi sekarang adalah wabah malaria yang oleh warga setempat disebut sunup 'demam'.

Sebagai informasi pendukung kesimpulan tersebut, mengutip tirto.id, pada tahun 1732, VOC baru saja menuntaskan penggalian kanal atau saluran baru di kota Batavia (sekarang Jakarta).

Tak lama berselang, banyak warga yang bermastautin di dekat kanal mendadak jatuh sakit.

Bukan hanya itu, meskipun jauh dari benteng kota Batavia, penyakit tersebut juga menyebar ke dalam kota.

Sampai seabad kemudian, penyakit yang kemudian dikenal sebagai malaria, menjadi momok menakutkan bagi warga kota.

Jemenang Diresmikan Belanda

Kurang lebih 9 tahun setelah kepindahan ke lokasi sekarang, tepatnya 12 Februari 1785, dengan keputusan a.n. Gubernur Jenderal "Batavia Centrum" desa yang lokasinya dipindahkan itu resmi diberi nama Jemenang.

Resmi artinya ditetapkan. Maknanya, surat keputusan tersebut hanya untuk melegalisasi. Dengan kata lain, nama Jemenang sudah ada sebelumnya. Bukan made by 'dibuat oleh' Belanda.

Wilayah Jemenang kala itu, sangat luas. Desa-desa di Rambang Niru saat ini, semisal Suban Jeriji, Gemawang dan desa-desa yang berasal dari eks lokasi trans, seperti Air Cekdam, Air Limau dan Air Talas, adalah wilayahnya juga.

Melihat luas wilayah desa-desa tersebut di tambah luas Jemenang saat ini, mungkin lebih dari separuh wilayah Rambang Niru merupakan bekas "daerah kekuasaan" Jemenang.

Waktu itu, balai desa terletak di Muara Telaga Riung. Tersebab sering menjadi langganan ghawang 'banjir', akhirnya dipindahkan ke lokasi yang lebih tinggi. Saat ini tempat tersebut dijadikan polindes (pondok bersalin desa) dan tempat MCK atau mandi, cuci, dan kakus.

Harlah Perdana di Usia 50 Tahun

Pada tanggal 12 Februari 1835, Jemenang berusia 50 tahun. Sempena peringatan hari lahir atau harlah, diselenggarakan kegiatan selamatan desa atau kenduri kampung.

Selamatan desa dalam rangka harlah perdana tersebut dibimbing Depati Bakar dengan memotong seekor kerbau.

Depati merupakan gelar yang mulanya diberikan Kesultanan Palembang untuk seorang kepala beberapa kampung. Sedangkan menurut bahasa Malaysia, depati berarti kepala daerah (wilayah).

Acara selamatan desa yang kedua saat peringatan milad Jemenang yang ke-100 tahun. Dilaksanakan pada 26 Februari 1885.

Sama seperti syukuran desa yang pertama, untuk yang kedua juga ditandai dengan pemotongan seekor kerbau. Selamatan desa yang kedua ini dibimbing Depati Neriwang.

Selanjutnya, pada saat Jemenang berusia 150 tahun atau satu setengah abad, kembali diadakan syukuran desa. Juga ditandai dengan pemotongan seekor kerbau.

Pelaksanaan selamat desa untuk yang ketiga kalinya ini diselenggarakan 12 Februari 1935. Adapun sebagai pembimbingnya Kerio (Kades) Siunang.

Mengutip data tertulis yang diunggah Zahran Ramadhon (Bobby AR) di media sosial (facebook), Selasa, 14 Februari 2023, pukul 00.05 WIB, dari tahun 1776 s.d. 1994, tepat pada tanggal 12 Februari 1994, Jemenang berusia 218 tahun.

Dalam dokumen Bobby AR itu, legenda yang menjadi literatur dalam tulisan ini dikutip dari salinan H. Mat Tjik Dulamak, saat pemotongan kerbau dibimbing Kerio Siunang tahun 1935.

"Dengan demikian Desa Jemenang sampai saat ini telah berusia dari tahun 1776 M sampai tahun 2017 M, lebih kurang 241 tahun. Demikian sekilas legenda Desa Jemenang sekarang ini," itulah dua baris kalimat yang menjadi penutup dokumen tertulis milik Bobby AR.

Jika data diinformasi milik Bobby AR tersebut dipakai, maka 12 Februari 2023 lalu, Jemenang genap berusia 247 tahun.

Dan, bila menggunakan kelipatan 50 tahunan, maka 3 tahun ke depan, tepatnya 12 Februari 2026, di saat berusia 250 tahun, bisa jadi ada acara selamatan desa dengan pemotongan seekor kerbau di Jemenang?

Benarkah Maknanya "Orang Menang"?

Bila dipilah dan masing-masing kata masih punyai makna, Jemenang terdiri dari frase atau lema, yakni "jeme" dan "menang".

Jeme bukan bahasa Jemenang untuk menyebut orang. Bahasa Jemenang untuk orang adalah "ughang".

Jeme merupakan bahasa daerah Kab. Lahat (masih di Sumsel) yang artinya "orang".

Bila Penjurai Puyang Kebalikan di Mandi Angin Gumai Talang asal-usulnya memang dari Desa Mandi Angin, Gumai Talang, Lahat, maka bisa jadi ada "kontribusinya" dalam pemberian nama Jemenang?

Jemenang, menurut cerita ebak 'ayah' bermakna orang yang menang, orang yang tak terkalahkan, atau orang yang unggul.

Kalau pun Jemenang berasal dari nama seseorang, pasti orang tersebut sakti mandraguna. Mempunyai kesaktian yang luar biasa, sehingga tak bisa dikalahkan.

Meskipun perlu kajian lebih lanjut, namun kemungkinan demikian adanya, sangat besar. Bila dianalisis, hipotesis tersebut bakal memberikan kesimpulan begitu.

Apa yang bisa dijadikan petunjuk untuk itu?

Masjid pertama di Jemenang namanya Masjid Al-Fallah. Di masjid itulah kami pertama kali belajar mengaji dan salat Jumat pertama kali.

Apa arti Al-Fallah dalam bahasa Indonesia? Salah satu maknanya adalah "orang-orang yang menang". 

Semoga gancang 'dalam tempo yang sesingkat-singkatnya', Hari Jadi Desa Jemenang dapat ditetapkan melalui Peraturan  Desa. *****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun