Selain capung (bahasa Jemenang: kinjang atau laki-laki aek 'air'), serangga semiakuatik lainnya adalah nyamuk.
Berbagai jenis nyamuk yang termasuk Genus Anopheles, Aedes, Mansonia, dan Culex (anggota dari Familia Culicidae) merupakan serangga vektor berbagai penyakit pada manusia seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah/ filariasis, cikungunya dan sebagainya.
Berdasarkan banyak rujukan, pada saat itu, selain malaria, jenis penyakit lainnya yang disebabkan nyamuk, belum begitu dikenal.
Kesimpulannya, mendekati 100% wabah yang menyebabkan pindahnya Jemenang dari Air Keladian ke lokasi sekarang adalah wabah malaria yang oleh warga setempat disebut sunup 'demam'.
Sebagai informasi pendukung kesimpulan tersebut, mengutip tirto.id, pada tahun 1732, VOC baru saja menuntaskan penggalian kanal atau saluran baru di kota Batavia (sekarang Jakarta).
Tak lama berselang, banyak warga yang bermastautin di dekat kanal mendadak jatuh sakit.
Bukan hanya itu, meskipun jauh dari benteng kota Batavia, penyakit tersebut juga menyebar ke dalam kota.
Sampai seabad kemudian, penyakit yang kemudian dikenal sebagai malaria, menjadi momok menakutkan bagi warga kota.
Jemenang Diresmikan Belanda
Kurang lebih 9 tahun setelah kepindahan ke lokasi sekarang, tepatnya 12 Februari 1785, dengan keputusan a.n. Gubernur Jenderal "Batavia Centrum" desa yang lokasinya dipindahkan itu resmi diberi nama Jemenang.
Resmi artinya ditetapkan. Maknanya, surat keputusan tersebut hanya untuk melegalisasi. Dengan kata lain, nama Jemenang sudah ada sebelumnya. Bukan made by 'dibuat oleh' Belanda.