Wilayah Jemenang kala itu, sangat luas. Desa-desa di Rambang Niru saat ini, semisal Suban Jeriji, Gemawang dan desa-desa yang berasal dari eks lokasi trans, seperti Air Cekdam, Air Limau dan Air Talas, adalah wilayahnya juga.
Melihat luas wilayah desa-desa tersebut di tambah luas Jemenang saat ini, mungkin lebih dari separuh wilayah Rambang Niru merupakan bekas "daerah kekuasaan" Jemenang.
Waktu itu, balai desa terletak di Muara Telaga Riung. Tersebab sering menjadi langganan ghawang 'banjir', akhirnya dipindahkan ke lokasi yang lebih tinggi. Saat ini tempat tersebut dijadikan polindes (pondok bersalin desa) dan tempat MCK atau mandi, cuci, dan kakus.
Harlah Perdana di Usia 50 Tahun
Pada tanggal 12 Februari 1835, Jemenang berusia 50 tahun. Sempena peringatan hari lahir atau harlah, diselenggarakan kegiatan selamatan desa atau kenduri kampung.
Selamatan desa dalam rangka harlah perdana tersebut dibimbing Depati Bakar dengan memotong seekor kerbau.
Depati merupakan gelar yang mulanya diberikan Kesultanan Palembang untuk seorang kepala beberapa kampung. Sedangkan menurut bahasa Malaysia, depati berarti kepala daerah (wilayah).
Acara selamatan desa yang kedua saat peringatan milad Jemenang yang ke-100 tahun. Dilaksanakan pada 26 Februari 1885.
Sama seperti syukuran desa yang pertama, untuk yang kedua juga ditandai dengan pemotongan seekor kerbau. Selamatan desa yang kedua ini dibimbing Depati Neriwang.
Selanjutnya, pada saat Jemenang berusia 150 tahun atau satu setengah abad, kembali diadakan syukuran desa. Juga ditandai dengan pemotongan seekor kerbau.
Pelaksanaan selamat desa untuk yang ketiga kalinya ini diselenggarakan 12 Februari 1935. Adapun sebagai pembimbingnya Kerio (Kades) Siunang.