Adakah perbedaan lampion di tempat lain dengan yang terpasang di kelenteng?
Sekilas tidak. Serupa dengan yang lain. Namun jika didekati, di bawah lampion tersebut terdapat sebuah kertas putih yang ditulis dengan nama orang atau perusahaan.
Warga keturunan Tionghoa percaya bahwa itu memiliki makna yang baik untuk hidup. Bahkan nama orang yang sudah tiada juga bisa ditulis di bawah lampion itu.
Seperti kupu-kupu. Seiring waktu, lampion juga bermetamorfosis. Selain perubahan bentuk, fungsinya pun tak lagi sekadar sebagai alat ritual.
Kini, lampion sudah menjadi bagian dari pelengkap sebuah interior yang memberi kesan estetis.
Banyak tempat publik seperti hotel, gedung perkantoran, tempat perbelanjaan, hingga kafe memasang lampion untuk menambah keindahan.
"Ada dua jenis cahaya, yakni cahaya yang menerangi dan cahaya yang silau mengaburkan," kata James Thurber (1984-1961), kartunis dari Amerika Serikat.
Seperti lampion, kita juga harus menerangi, menambah keindahan. Bukan silau mengaburkan. *****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H