"Gak sopan," begitu yang sering didengar atas sikap atau perilaku seorang anak muda. Sopan santun yang seharusnya sudah tertanam sedari kecil sepertinya ikut mengalami krisis. Namun ini jangan membuat kecil hati, karena masih bisa diperbaiki.
Misalnya, diajarkan sopan santun secara nyata, tidak hanya dengan menuliskannya di lorong-lorong sekolah atau di dinding kelas. Sopan santun dapat diajarkan lagi-lagi dengan teladan.
Ada kalanya siswa melakukan hal tidak sopan bukan karena sengaja, tapi mereka belum tahu bahwa yang dilakukannya itu tidak baik. Ini harus ditegur dengan lembut, tidak menghakimi.
Setara
Bagaimana kita bisa "berbicara" secara efektif dengan generasi Z agar sisipan pelajaran untuk membentuk karakter bisa terserap dengan baik?
Sebuah riset lain dari Hampton (2019) menemukan bahwa generasi Z menyukai ceramah. Namun, mereka memiliki sudut pandang yang positif tentang metode ceramah dan 'storytelling'.
Ceramah yang disampaikan harus variatif dengan alat bantu audio visual dan interaktif. Semakin bervariasi metode ceramah, maka semakin disukai generasi Z.
Adanya karakteristik demikian memberi kita pola untuk memberikan pelajaran tentang pembentukan karakter agar lebih tepat sasaran, yakni pada subyek yang menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas belajarnya.
Tinggal bagaimana pendidik menyesuaikan diri dengan keadaan masa kini, serta mampu memancing rasa penasaran mereka dan menggali potensi terdalam generasi Z. Â
"Ini merupakan tantangan tersendiri, mengingat pendidikan masih bersifat konvensional dan belum mengintegrasikan teknologi secara penuh, " ujar Agung Patera.