Pelajaran bersikap jujur menjadi salah satu cara untuk mendidik anak bersikap ksatria. Mereka diberitahu bahwa setiap orang tentu memiliki kesalahan, tak terkecuali guru. Saat melakukan kesalahan jangan pernah malu untuk mengakui dan meminta maaf.
6. Sopan Santun
"Gak sopan," begitu yang sering didengar atas sikap atau perilaku seorang anak muda. Sopan santun yang seharusnya sudah tertanam sedari kecil sepertinya ikut mengalami krisis. Namun ini jangan membuat kecil hati, karena masih bisa diperbaiki.
Misalnya, diajarkan sopan santun secara nyata, tidak hanya dengan menuliskannya di lorong-lorong sekolah atau di dinding kelas. Sopan santun dapat diajarkan lagi-lagi dengan teladan.
Ada kalanya siswa melakukan hal tidak sopan bukan karena sengaja, tapi mereka belum tahu bahwa yang dilakukannya itu tidak baik. Ini harus ditegur dengan lembut, tidak menghakimi.
Setara
Bagaimana kita bisa "berbicara" secara efektif dengan generasi Z agar sisipan pelajaran untuk membentuk karakter bisa terserap dengan baik?
Sebuah penelitian dari Seemiler & Grace (2017) menyebutkan, bahwa generasi Z memiliki dua karakteristik dalam belajar. Pertama, mereka adalah pengamat yang tulen. Kedua, mereka ingin mempelajari sebuah konsep yang memiliki pengaplikasian yang luas di banyak hal.
Sebuah riset lain dari Hampton (2019) menemukan bahwa generasi Z menyukai ceramah. Namun, mereka memiliki sudut pandang yang positif tentang metode ceramah dan 'storytelling'.
Ceramah yang disampaikan harus variatif dengan alat bantu audio visual dan interaktif. Semakin bervariasi metode ceramah, maka semakin disukai generasi Z.
Adanya karakteristik demikian memberi kita pola untuk memberikan pelajaran tentang pembentukan karakter agar lebih tepat sasaran, yakni pada subyek yang menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas belajarnya.