Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Semilir Angin dalam Kelanjutan Match Fixing yang Melibatkan PSS Sleman

18 April 2024   17:46 Diperbarui: 18 April 2024   17:46 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lips Service 

Vonis terhadap Vigit Waluyo dan Dewanto seharusnya menjadikan perkara lebih terang benderang karena sudah memiliki landasan hukum dari pengadilan.

Dewanto saat musim 2018 menjadi Asisten Manajer PSS Sleman, mendampingi Sismantoro sebagai manajer. Apakah Dewanto yang adik ipar Seto Nurdiyantoro (pelatih PSS saat itu) bertindak sendiri sebagai pribadi menggelontorkan ratusan juta untuk menyuap wasit melalui Vigit?

Apakah karena kecintaannya yang begitu besar terhadap PSS Sleman hingga ia melakukan hal itu?. Sebagai pengusaha, pemilik apparel Sembada, ia tentu berhitung untung rugi berbagai aspek.

Setelah Dewanto ditahan, Satgas mencokok Antonius Rumadi pada 2 Februari 2024. Kasi Pidum Kejaksaan Negeri (Kejari) Sleman, Agung Wijayanto menjelaskan Rumadi berperan besar dalam pengaturan skor karena memerintahkan untuk mengeluarkan uang suap kepada wasit.

Apakah Rumadi yang pada kompetisi 2018 menjabat sebagai Direktur Operasional PSS bertindak sendirian, mengeluarkan keputusan sendiri, tanpa sepengatahuan Direksi PT Putra Sleman Sembada sebagai induk tim?.

Uang suap yang dikeluarkan untuk melobi wasit tidaklah sedikit. Menurut Kasatgas Antimafia Bola, Asep Edi Suheri dalam keterangannya, 13 Desember 2023, pihak klub sudah mengeluarkan uang Rp 1 miliar.

Sekarang tinggal bagaimana PSSI bersikap. Tanpa adanya sikap, publik akan menilai pernyataan Erick Thohir soal match fixing, sampai membentuk Satgas Antimafia Bola Independen hanyalah lips service semata. Agar publik melihat PSSI serius menangani match fixing.

PSSI punya waktu untuk menentukan sikapnya melalui Komdis, apakah PSS Sleman dibiarkan melenggang meskipun pengadilan sudah menjatuhkan vonis adanya pengaturan hasil pertandingan lewat Dewanto dan Vigit. Waktu yang tidak lama, karena jika PSS Sleman sampai dihukum degradasi tentu membutuhkan persetujuan di kongres yang akan diadakan pada 10 Juni 2024 mendatang.

Jika PSSI lebih memilih membisu, terlena dengan angin semilir, publik akan mecibir. Ternyata semuanya hanya pemanis bibir. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun