"Mia, kamu kenapa?!" Tika memegang teleponnya, dan menyandarkannya ditelinganya rapat-rapat. "Ada apa, Mia?!"
"Tika, Papa...Papa...Beta punya Papa kecelekaan."
"Apa?!" Tika terperanjat. "Papa Anis kecelekaan apa?"
"Huuuhhh...Papa...Papa tertabrak motor, Tika. Papa baru pulang dari kebun, panen keladi dan singkong. Papa ditabrak, Tika."
"Yeah ampun, Mia. Ose sabar ya. Sekarang, ose ada di mana? Beta ikut ose sekarang." Tika berkata kepada Mia, serta mengangguk dan memahami apa yang dimaksudkan Mia. Tika menutup telepon setelah berbicara dengan Mia. Tika memakai jaketnya yang berwarna biru, meminta ijin dari papa dan mama yang sedang duduk nonton di ruang keluarga.
"Ya, Allah. Semoga papa Anis tidak kenapa-kenapa." Ibu Wati menepuk bahu Tika. "Sampaikan pesan mama buat Mia, Tika. Semoga Mia sabar dan kuat. Insya Allah, papa Anis selamat."Â
"Iya, Mama. Nanti Tika sampaikan pesan mama..."
***
Anak-anak sedang berkumpul di beranda rumah Samuel. Mereka sedang membicarakan kecelekaan yang menimpa papa Yohanes, papa Mia. Papa Yohanes, biasa dipanggil papa Anis. Sekarang, Mia sudah pulang ke Kamarian untuk menengok papa Anis.
"Jadi, bagaimana sahabat-sahabat?" Samuel bertanya. "Siapa diantara kita yang akan pulang ke Kamarian, untuk menengok Mia dan keluarga?"
"Menurut beta, kita semua pulang ke Kamarian saja. Kita harus kompak. Papa sahabat kita, Mia sedang mengalami musibah. Kita harus menengoknya." Berty mengajukan pendapatnya.