Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Update Pandemi: Ancaman yang Berevolusi, Bagian 1/3

2 September 2021   23:53 Diperbarui: 2 September 2021   23:58 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Varian Alfa mungkin juga lebih baik dalam melawan interferon, molekul yang merupakan bagian dari pertahanan imunitas tubuh terhadap virus. Bersama-sama perubahan itu bisa menurunkan jumlah virus yang dibutuhkan untuk menginfeksi seseorang (dosis penginfeksi).

Pada varian Delta, salah satu perubahan paling penting mungkin terjadi di dekat lokasi pembelahan furin pada spike, di mana enzim manusia memotong protein, langkah kunci yang memungkinkan virus menyerang sel manusia.

Mutasi yang disebut P681R di wilayah itu membuat pembelahan lebih efisien, yang memungkinkan virus memasuki lebih banyak sel lebih cepat dan menyebabkan lebih banyak partikel virus pada orang yang terinfeksi.

Pada Juli, peneliti China memposting pracetak yang menunjukkan bahwa varian Delta bisa menyebabkan tingkat virus dalam sampel pasien 1.000 kali lebih tinggi daripada varian-varian sebelumnya.

Bukti terakumulasi bahwa orang yang terinfeksi tidak hanya menyebarkan virus lebih efisien, tetapi juga lebih cepat, memungkinkan varian Delta menyebar lebih cepat.

Pertukaran yang Mematikan
Varian-varian baru SARS-CoV-2 juga bisa menyebabkan penyakit yang lebih parah. Misalnya, penelitian di Skotlandia menemukan bahwa infeksi varian Delta sekitar 2 kali lebih mungkin menyebabkan orang masuk rumah sakit dibandingkan dengan varian Alfa.

Ini bukan pertama kalinya penyakit yang baru muncul dengan cepat menjadi lebih serius. Pandemi influenza 1918-19 juga tampak telah menyebabkan penyakit yang lebih serius seiring berjalannya waktu, kata Lone Simonsen, seorang ahli epidemiologi di Universitas Roskilde yang mempelajari pandemi masa lalu. "Data kami dari Denmark menunjukkan bahwa virus itu 6 kali lebih mematikan pada gelombang kedua."

Sebuah gagasan populer menyatakan bahwa virus cenderung berkembang dari waktu ke waktu dan menjadi kurang berbahaya, memungkinkan inang untuk hidup lebih lama dan menyebarkan virus lebih luas. Tapi ide itu terlalu sederhana, kata Holmes. "Evolusi virulensi telah terbukti menjadi pasir apung bagi ahli biologi evolusioner," katanya.

"Ini bukan hal yang sederhana." Dua dari contoh evolusi virus yang paling baik dikaji adalah virus myxoma dan virus penyakit hemoragik kelinci, yang masing-masing dirilis di Australia pada 1960 dan 1996, untuk memusnahkan populasi kelinci Eropa yang menghancurkan lahan pertanian dan mendatangkan malapetaka ekologis.

Virus Myxoma awalnya membunuh lebih dari 99% kelinci yang terinfeksi, tetapi kemudian lebih sedikit strain patogen yang berkembang, kemungkinan karena virus itu membunuh banyak hewan sebelum sempat menyebarkan. (Kelinci juga menjadi kurang rentan.)

Sebaliknya, virus penyakit hemoragik kelinci, semakin mematikan seiring waktu, mungkin karena virus ini disebarkan oleh lalat yang memakan bangkai kelinci, dan kematian yang lebih cepat mempercepat penyebarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun