Secara kolektif ini menunjukkan risiko lebih lanjut dari limpahan yang meluas ke anggota garis keturunan yang lebih berbeda dari mana SARS-CoV-2 muncul dan menyiratkan limpahan yang sering dari kelelawar hingga satwa liar rentan lainnya.
Manusia sekarang menjadi spesies inang SARS-CoV-2 yang dominan. Bahayanya, SARS-CoV-2 bisa menyebar dari manusia ke spesies hewan lain, yang disebut zoonosis terbalik (reverse zoonosis), seperti yang diduga terjadi pada rusa berekor putih di Amerika Serikat.
Infeksi dari berbagai spesies inang oleh sarbecovirus berarti limpahan SARSr-CoV dari satwa liar sangat mungkin terjadi di masa depan, dan vaksin saat ini mungkin tidak melindungi terhadap varian-varian baru.
Intensitas pengambilan sampel sarbecovirus perlu segera ditingkatkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang risiko limpahan ini. Penemuan sarbecovirus baru-baru ini, yang tidak berbeda dengan SARS-CoV-2 dan tersebar di Asia Tenggara, menekankan urgensi pemantauan keragaman virus corona.
Umat manusia harus bekerja sama di luar batas negara untuk memperkuat pengawasan terhadap virus corona pada antarmuka manusia-hewan untuk meminimalkan ancaman dari varian yang sudah maupun sedang berkembang dengan menggunakan vaksin dan untuk menghentikan kejadian limpahan di masa depan.
Kepustakaan
1. Lytras, Spyros, et. al., The Animal Origin of SARS-CoV-2, Science, Vol. 373, Issue 6558, 27 August 2021, hlm. 968-970.
2. Diary Johan Japardi.
3. Berbagai sumber daring.
Jonggol, 2 September 2021
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H