-----------------------
Ada lagu menjaga (kita) di malam hari
(agar) Kuat, selamat dan terhindar dari penyakit
Semoga semua terhindar dari malapetaka
Jin dan setan tidak mau mengganggu
Sihir dan santet tidak akan berani
Aku sudah berada di amben ketika terbangun. Ibu duduk di sampingku, matanya berkaca-kaca, dagunya memerah dan bengkak bekas kena tinju.
"Tidur lagi saja, nak. Ini saatnya kamu tidur siang," katanya sambil membelai dahiku lalu menembang untukku. Ana kidung rumekso ing wengi ........
Setelah itu aku tidak pernah bertemu romo. Aku juga tidak pernah merindukannya. Mungkin aku terlalu takut. Atau aku terlalu membencinya karena telah meninju dan membuat ibu menangis. Menanyakan tentang romo kepada ibu pun aku tidak mau. Buat apa? Romo tidak pernah menembang untukku. Romo tidak selalu ada saat aku menangis karena terjatuh atau dicurangi temanku. Romo tidak pernah memetik sayur, menumbuk gaplek, menjemur atau menumbuk gabah menjadi beras untuk kumakan. Ibu bisa melakukan semuanya itu untukku. Jadi bagiku sudah cukup ibu saja. Tidak perlu ada romo, karena romo hanya bisa membuatku sembunyi ketakutan.
* * * *
Kini ibu sudah sepuh. Punggungnya bongkok dan langkah kakinya diseret. Aku harus membungkuk supaya bisa memeluk pundaknya dengan tangan kananku dan membimbingnya menuju tungku. Aku dan ibu masih suka duduk di depan tungku saat aku pulang liburan. Tidak ada liburan lebih menyenangkan selain menyaksikan keahlian ibu menyalakan kayu bakar dan duduk bersamanya di depan tungku.