Mohon tunggu...
Jooe Rheynald
Jooe Rheynald Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Kehidupan hanyalah jeda singkat antara kelahiran dan kematian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senyuman Pelangi

2 Oktober 2014   13:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:41 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Gus, boleh tanya sesuatu ?”

“Apa La ?”

“Aku lebih mirip pelangi atau tunas-tunas hijau itu bagi mu Gus ?”

“Entahlah La.... Mungkin kau seperti pelangi, kau kan suka pelangi bukan ? Yang ku tahu kau adalah sahabat ku.”

“Kau itu seperti hujan bagi ku Gus. Kau hadirkan pelangi dan tumbuhkan tunas-tunas hijau itu. Kau punya hak untuk menentukan arti diri ku bagi mu Gus, bukan berdasar apa yang ku suka. Jangan biarkan pelangi itu hilang begitu saja dan tunas-tunas hijau itu mati layu karena terik matahari. Harapan adalah harapan Gus, semustahil apapun itu ia tetaplah suatu yang baik yang bisa membuat manusia terus bertahan dan berjuang.”


Kita pulang. Percakapan tentang hujan, pelangi dan tunas hijau membawa hening ke dalam kebersamaan kita. Hening yang aneh. Hening yang penuh tanda tanya. Kita mempertanyakan arti diri kita masing-masing. Sekedar sahabatkah ?

“Kau tahu aku menyayangi mu kan La ?”

“Tahu, aku juga menyanyangi mu Gus. Kita sahabat. Sahabat memang saling menyayangi bukan ?”

“Aku menyayangi mu sebagai seorang pria pada wanita. Aku mencintai mu La”

“Aku tak pernah tahu itu. Kau tak penah menyatakan apalagi menunjukannya. Aku menyukai mu lebih dari sekedar sahabat Gus. Tapi aku wanita, aneh jika aku menunjukannya terlebih dahulu. Aku tak tahu di mana tempat ku yang kau sediakan, di langit sebagai pelangi ataukah di bumi seperti tunas-tunas hijau itu. Kau laki-laki, kau lah hujannya. Kau yang tentukan jadi apa dan di mana tempat ku.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun