Pernah suatu hari. Kala itu guru kami, sebut saja namanya buk Yasmin, meminta seluruh siswanya untuk mengumpulkan buku catatan pelajaran sejarah, bagi yang belum melengkapi cacatan, punya interval waktu satu Minggu untuk melengkapinya.
Sebagaimana lazim laki-laki pada umumnya, cacatan bukanlah hal yang esensial bagi kami. Cacatan baru dilengkapi jika hanya ada pengumuman seperti ini.
Hari itu saya meminta Adelia untuk menulis cacatan saya dengan kesepakatan saya akan membuat makalah pelajaran Biologi untuknya.
Dia setuju, satu Minggu kemudian dia memberikan saya buku cacatan yang ia tulis.
Buku tersebut ternyata tidak hanya berisikan tulisan milik Adelia tetapi juga menyimpan aroma khas Adelia yang menempel di sana.
Setelah bukunya diperiksa dan dikembalikan, saya menyimpan buku tersebut dengan sangat rapi.
Entah minyak wangi apa yang di pakai Adelia, tapi setelah berminggu dan berbulan berlalu aroma khas Adelia masih tertinggal di buku tersebut.
Ujian UN pun tiba setelah itu kami lulus dan terpisah satu sama lain. Ketika hendak melanjutkan SMA kami tidak satu sekolah bahkan tidak satu kota lagi.
Terpisah antara jarak dan waktu dan setelah sekian lama, saat kelas 3 SMA teman lama menghubungi saya, dia memperlihatkan foto ijab kabul nikah Adelia.
Entah apa yang dipikirkan Adelia, dia memutuskan untuk menikah di usia relatif mudah.
Mendengar kabar tersebut, saya hanya ingin tidur dan berharap ketika bangun, hidup saya yang seperti ini hanyalah mimpi.