Mohon tunggu...
Jisa Afta
Jisa Afta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Gemar menciptakan kata baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mungkinkah Puisi itu Nonfiksi?

18 Oktober 2024   18:18 Diperbarui: 18 Oktober 2024   18:43 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


(Oleh: Jisa Afta)

Jika Puisi bukan teks fiksi, lalu, apakah Puisi termasuk teks nonfiksi? Belum tentu. Untuk menentukan apakah puisi termasuk nonfiksi atau tidak, kita harus melihat tema puisi, bukan gaya dan teknik penulisan pada puisi.

Ada begitu banyak karya nonfiksi di dunia ini yang menggunakan teknik penulisan atau gaya tulis perumpamaan, majas, atau gaya tulis puisi.

Saat ini pembaca atau pendengar puisi, memiliki kecenderungan tertarik pada karya-karya yang memiliki dasar pada realitas nyata, atau bukan karya fiksi atau khayalan.

Sangat sulit mencari pengakuan atau menantang ide berupa penyodoran karya puisi nonfiksi untuk memperkaya dan memperluas nonfiksi. Sebab nonfiksi sebenarnya justru yang belum tentu memiliki jaminan kebenaran mutlak. Pada dasarnya karya nonfiksi selalu harus mengalami proses pengujian data dan fakta untuk menyimpulkan apakah hal benar dalam nonfiksi tersebut melampaui kebenaran relatif, atau masih berada pada tahap kebenaran relatif. Tentunya kita sama ketahui kebenaran yang bersifat relatif bisa saja terbantahkan dikemudian hari bila ternyata ada fakta baru yang menggagalkan kebenaran yang diyakini sebelumnya.

Secara umum karya nonfiksi tidak dituntut harus benar-benar teruji secara faktual, sebab artikel, opini dan kajian sejarah, catatan atau surat-surat berisi pesan bijak pada masa tertentu dan runutan argumentasi sepihak, juga termasuk dalam karya nonfiksi.

Dengan demikian, memaksakan puisi nonfiksi masuk dalam kategori karya nonfiksi, justru melemahkan posisi puisi nonfiksi itu sendiri. Kelemahan jika puisi nonfiksi dimasukan kedalam kategori nonfiksi adalah hilangnya keunggulan dan keindahan seni berkata dalam penuturan gaya bahasa dalam puisi itu sendiri.

Seorang penulis bernama Jessica Wilkinson dalam esai terbitan juni 2020 berjudul "What is Nonfiction Poetry?..." (Apa itu Puisi Nonfiksi?...), Jessica mengetik 'definisi nonfiksi' ke Google; definisi yang muncul -- yang masih muncul -- adalah: 'tulisan prosa yang informatif atau faktual, bukan fiksi'. Mengapa bukan puisi ? pikir Jessica. Apakah puisi yang informatif dan faktual bukan nonfiksi?.

Menurut Jessica Wilkinson, ia sebagai pembaca puisi, selalu tertarik pada karya-karya yang memiliki dasar pada realitas yang dapat didokumentasikan, terutama karya puisi berdurasi panjang yang telah melibatkan banyak penelitian dari pihak penulisnya dan yang bisa dibilang termasuk dalam kategori puisi.

Kesadaran Jessica Wilkinson dalam memandang puisi yang didasarkan pada realitas, tentunya sangat berkaitan erat pada kesadaran persepsi faktual seorang Retno Marsudi dalam karya puisinya berjudul "Palestina Saudaraku", Bung Karno dalam puisi "Pancasila, Dasar Negara", dan Chairil Anwar dalam puisi "Karawang Bekasi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun