Â
Buih laut, tak berujung, tebal, sehingga aku tak dapat menemukan
garis tempat laut menghantamku dengan ombaknya.
Tanah yang kudatangi tak memiliki musim semi:
ia memiliki malam yang panjang, di mana aku tak menemukan ibu.
Â
Angin di rumahku berhembus dengan ratapan
dan lolongan; pecah, seperti cermin, teriakanku.
Dan di padang rumput putih, cakrawala tak terbatas,
aku menatap matahari terbenam yang sangat sedih.
Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!