Mohon tunggu...
Jingga
Jingga Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

M

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penjual Gelas Berisi Mantra yang Didatangi Kekasihku di Pasar Malam

14 November 2021   21:38 Diperbarui: 14 November 2021   21:58 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

           "Sudahlah aku males sama kamu."

            HAHAHA. aku menemukan ini sangat lucu. Mungkin juga kalian. Baiklah aku akan mengalah. Orang yang tergila-gila cinta selalu dikatakan naif. Apakah selalu seperti itu? Asal kalian tahu, ia tidak pernah mencintaiku. Hanya aku yang selalu mengatakan aku mencintainya. Selalu seperti itu. Cerita ini akan kubawa entah sampai mana.

            Jelas aku tidak bisa meminta apa-apa darinya. Dan dia takut mengatakan apapun padaku. Begitu melelahkan.

            ''Baiklah, mari akhiri hubungan tidak jelas ini.''

             Ketika ia bertanya kenapa, aku hanya mengatakan aku lelah.

            Sungguh akhir yang sangat terduga. Ia tidak mengatakan apapun kecuali kita hanya teman dan selama ini aku hanya salah paham. Hormon wanitaku merespon kalimat tersebut dengan makian hewan yang tak pantas.

           "Kenapa? Bahkan kamu tidak pernah berniat menjadikan aku pacarmu bukan?" Tanyanya pelan. "Itulah egoisnya kamu. Sayang, kamu tidak pernah menyadari itu." Tambahnya.

            Bagaimana bisa aku menerima nasehat pengecut itu begitu saja. Bahkan setelah kuyakini ia menyabik-nyabik hatiku. Begitu parah. Aku hanya ingin ia memintaku menjalankan ikatan tertentu dengannya. Kenapa sangat susah berbicara dengan laki-laki. Selalu menanyai perasaanku padanya, padahal ia seharusnya paham bagaimana perasaan selalu berubah-ubah. Ketika kukatakan dengan jujur kepadanya, ia hanya menganggapku tidak serius.

            Bagaimanapun, begitulah kami berakhir. Tidak tragis. Aku menangis. Dia mengatakan aku gangguan jiwa dan ia pergi, lagi.

            Pada akhirnya hanya takdir yang benar-benar setia padamu. Tak perlulah kau bergantung pada hal-hal lain di dunia ini. Orang bilang, orang baik tidak pernah beruntung. Kalau boleh jujur, aku tidaklah terlalu baik tetapi aku selalu tidak beruntung. Sebagian mengatakan aku hanya kurang bersyukur dan mulai menghujat A ataupun huruf apapun setelahnya mengenaiku. Aku yang pengecut hanya berani menghujat di belakang mereka untuk membalas dendam. Mereka lupa sejatinya mereka sendiri. Tidak ada manusia yang merasa dirinya beruntung lahir di dunia kecuali ia Budhha.

            Aku hanya bisa mendatangi penjual gelas tersebut setelah berhenti menangis. Kudapati diriku hanya bisa menertawakan kekonyolanku sendiri. Penjual gelas tak kalah meriah menertawaiku. Aku tidak pernah percaya kepadanya sebelum ini. Ternyata aku salah besar. Selama ini bukan penjual gelas yang menyatakan omong kosong, bukan kekasihku, hanya aku yang salah paham disini. Andaikan aku melakukan permintaan terlebih dulu, akankan permintaanku berbeda? Aku tanyakan padanya, masihkah ada gelas berisi mantra. Gelas tersebut terbukti mampu mengabulkan permintaan kekasihku. Aku juga harus memesan satu untukku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun