Nama Agus Dwi Santoso mulai dikenal ketika menangani pemain Thailand Kunlavut Vitidsarn menjuarai German Open 2022. Bahkan tahun ini, Agus Dwi Santoso dipercaya oleh Asosiasi Bulu Tangkis Thailand (BAT) untuk mempersiapkan pemain-pemain Thailand, terutama Kunlavut Vitidsarn, untuk menjuarai Olimpiade 2024 Paris.
Agus Dwi Santoso juga pernah melatih tunggal putra Korea Selatan, Son Wan-ho. Son Wan-ho berhasil dibawanya menjadi tunggal putra ranking 1 dunia. Pada tahun 2019 Agus Dwi Santoso juga ia sempat melatih tunggal putra Thailand, Kantaphon Wangcharon. Tunggal putra Thailand itu sukses meraih medali perunggu di Kejuaraan Dunia 2019.
Agus Dwi Santoso dikontrak Thailand sejak 2022 untuk tak hanya menangani Kunlavut Vitidsaran saja, akan tetapi juga sebagai pelatih yang mempersiapkan pemain-pemain Thailand untuk event Asian Games 2022 Hangzhou, Piala Thomas dan Piala Uber 2022, serta Olimpiade 2024 Paris.
Bersama pelatih senior Herry IP dan Mulyo Handoyo, Agus Dwi Santoso juga pernah menangani pelatnas Cipayung di Indonesia.
Jepang Juga Bisa Hebat
Indonesia juga berada di balik kesuksesan pemain-pemain negeri Sakura, Jepang, di percaturan bulu tangkis dunia. Salah satu pelatih hebat mereka adalah Riony Mainaky, adik Rexy Mainaky serta adik Richard Mainaky pelatih pelatnas Indonesia.
Riony Mainaky pernah melatih timnas bulu tangkis Jepang. Tidak heran jika di berbagai event, termasuk di Asian Games 2022 Hangzhou kali ini, Jepang sempat memunculkan pemain-pemain hebat di sektor ganda putri timnas Jepang. Riony juga berperan mengantarkan Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi, meraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Tak hanya itu, Riony Mainaky juga sempat memoles pemain kidal Jepang hebat yang selama ini kita kenal menjadi pemain yang menghambat pemain-pemain Indonesia seperti Jonatan Christie dan juga Anthony Sinisuka Ginting. Salah satu di antaranya Kento Momota, serta pemain berusia 22 tahun Kodai Naraoka -- yang juga berpeluang menyulitkan para peraih medali di Olimpiade 2024 Paris.
Pendek kata, pelatih-pelatih yang meninggalkan Indonesia dan kemudian melatih di berbagai negeri tetangga kita, ikut bertanggung-jawab menyuburkan prestasi-prestasi hebat di negara lain.Â
Jangan heran, kalau Indonesia sendiri -- sebagai salah satu gudangnya pelatih bulu tangkis kelas dunia -- malah kesepian prestasi karena ditinggalkan pelatih-pelatih hebatnya.
Prestasi buruk yang dicapai pemain-pemain bulu tangkis Indonesia, sehingga pulang ke Tanah Air tanpa secuil medali pun di Asian Games 2022 Hangzhou, setidaknya menjadi cambuk agar di Olimpiade 2024 Paris, janganlah Indonesia sejeblok itu. Jangan karena sudah kehabisan pelatih, pemain-pemain Indonesia tidak terpacu untuk meraih prestasi tertinggi.