Ahmad Albar (29 tahun waktu itu) dan Ludwig Lemans (23) tak sulit merekrut pemain-pemain untuk bergabung dengan mereka. Bergabunglah drummer top di Jakarta waktu itu, Fuad Hassan (30) -- yang dikenal sebelumnya di Zaenal Combo, juga gabung Deddy Dores di instrumen organ. Mula-mula mereka namai grup mereka, Crazy Wheels.
Namun pada pentas pertama mereka di Taman Ismail Marzuki Mei 1973, mereka pakai nama God Bless. Saat itu, Jockie sempat masuk menggantikan Deddy Dores yang balik bermain di grup Freedom of Rhapsodia di Bandung. God Bless juga tampil di Taman Ria Remaja Monas dan Balai Sidang Senayan. Jockie sempat keluar God Bless, dan posisinya diganti anak muda mahasiswa ITB, Soman Lubis (23) di posisi organ. (Kompas Sumohadi Marsis, 1973).
Lagu-lagu yang mereka bawakan, awalnya lagu-lagu dari grup rock Grand Funk Railroad, juga Deep Purple. Tidak langsung membawakan musik-musik heavy sound, cadas keras. "Nggak dijiplak polos, tetapi dibuat aransemen ringan agar terasa lebih enak di telinga," ujar Iyek, Ahmad Albar pula.
Pentas besar yang membuat God Bless lebih dikenal pada tahun 1973 itu adalah pesta musik Summer 28. Konser ini niru-niru Woodstock, main musik di udara terbuka dalam sebuah festival musik di Pasar Minggu Jakarta Selatan semalam suntuk, pada 16-17 Agustus 1973. Summer 28 yang diorganisasi sutradara film,Wim Umboh dan musisi Idris Sardi itu diikuti grup-grup terkemuka -- tidak semua rock, bahkan mayoritas pop -- di antaranya The Rollies, Broery and The Pro's , The Mercy's, Gang of Harry Roesli dan juga Koes Plus, dan Bimbo. God Bless mulai mengenalkan hard rock-nya. Panggung God Bless masih tiru-tiru grup Barat seperti Deep Purple, Emerson Lake & Palmer, Genesis, dengan atraksi panggung pakai alat penyembur busa.
Bendera Hitam
Pada tahun 1974, bendera hitam untuk God Bless. Mereka kehilangan dua pemainnya sekaligus, drummer Fuad Hassan dan pemain organ Soman Lubis dalam sebuah kecelakaan saat mereka berboncengan motor, nabrak truk di dekat Tugu Pancoran, Tebet, saat mereka janjian mau latihan di Tebet pada Juli 1974. Fuad -- suami artis Camelia Malik -- meninggal di tempat, dengan sempat harus dipotong rambut gondrong sebahu-nya guna melepaskan kepalanya dari jepitan ban truk. Soman Lubis, mahasiswa ITB pemain keyboards-nya, meninggal setelah dibawa di rumah sakit.
Tempat kosong yang ditinggal Fuad Hassan dan Soman Lubis sempat diisi  personil Anak Genk Pegangsaan, Keenan Nasution di drum, serta Debby Nasution serta Odink Nasution di organ dan gitar. Formasi God Bless plus anak-anak Genk Pegangsaan Nasution bersaudara ini sempat tampil dalam konser Tribute untuk mendiang Fuad Hassan dan Soman Lubis di Istora Senayan pada 24 Agustus 1974. (Sumohadi Marsis, 1974).
Menjelang penampilan God Bless di Taman Ismail Marzuki 24-25 Mei 1975 (saya menghadiri jumpa persnya dengan Ahmad Albar, dan kemudian mewawancara khusus di rumah Iyek di Perdatam Tebet pada hari berikutnya) muncullah formasi 'legend' yang relatif bertahan lama, kembali bergabung pemain keyboards yang progresif a la Steve Hackett, Jockie Surjoprajogo. Serta dua personil eks Bentoel Malang, gitaris Ian Antono, dan drummer Teddy Sujaya. Ketiga personil itu menggantikan Keenan, Odink dan Debby Nasution yang keluar dari God Bless. Ahmad Albar dan Donny, tetap konsisten berada di grup setelah gonta-ganti formasi.
Tonggak bersejarah bagi God Bless di dunia rekaman, terjadi di bulan Mei 1974. God Bless masuk rekaman bersama PT Pramaqua, tak hanya merekam lagu-lagu Barat, akan tetapi juga hits rock mereka yang berbahasa Indonesia, di antaranya Huma di Atas Bukit, Setan Tertawa, Binal, Sesat yang tetap klasik enak didengar sampai hari ini. Juga tentunya lagu Barat ciptaan mereka, She Passed Away. Dari semula tarif main Rp 700.000 sekali naik pentas, bayaran God Bless pun nanjak (1974) mencapai hampir Rp 2 juta setelah masuk dapur rekaman.
Atmosfer kebebasan berekspresi musik sepanjang tahun 1975, mulai muncul meski di panggung politik penguasa justru tambah represif. Jika sepuluh tahun sebelumnya, Soekarno -- Presiden pertama Republik Indonesia -- dia melarang "musik ngak, ngik, ngok" (The Beatles sering memakai harmonika dalam bermusik). Pada tahun 1975, justru gelombang musik barat seperti menggerojok masuk. Dan God Bless mendobrak dunia rekaman, yang semula didominasi corak musik-musik manis, sendu, sentimentil baik pop maupun melayu. Ahmad Albar dkk menghentak dunia rekaman dengan hentakan rock keras, heavy sound, hard rock music -- musik cadas keras.
Saat itu, 1975, musik rock mendapat tempat lumayan bagus jika dibandingkan pada 1973. Bermunculan grup-grup rock Indonesia, seperti Barong's Band dengan vokalisnya Eros Djarot (sepulang dari studi di Hamburg, Jerman). Juga, tahun 1975 Guruh Soekarnoputra eksis dengan Gypsies Band. Di panggung, Guruh Soekarnoputra dipuji dengan musik serta tari bersama grup remaja-remaja Jakarta Swara Maharddhika-nya.