Dibelakang Jokowi pula berdiri para aktivis 98 seperti Adian Napitupulu, Hariman Siregar, Budiman Sudjatmiko hingga para korban pelanggaran HAM dan keluarga yang hilang yang saat ini nasibnya masih tergantung-gantung.
Meski pada era pemerintahan Jokowi progres penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu terbilang "mandek" karena tidak ada instruksi dan langkah yang jelas. Meski para korban masih berharap agar Jokowi melakukan tindakan yang nyata.Â
Terbukti sebagian besar dari mereka masih mendukung Jokowi di Pilpres 2019 dan kembali, pelanggaran HAM masa lalu menjadi topik yang hangat. Aktivis 98 dan korban pelanggaran HAM masa lalu harus diakui turut berperan besar dalam memenangkan Jokowi dengan perolehan suara sebesar 55,50%.
Barangkali, mereka hanya tidak memiliki pilihan, karena Capresnya hanya ada 2 maka tidak mungkin mereka menitipkan harapan itu kepada Prabowo.Â
Selain terbukti berperan aktif terhadap tim Mawar, Prabowo juga dikenal publik merupakan bagian dari orde baru. Dengan demikian, pilihan satu-satunya jatuh kepada Jokowi.
Setelah pengangkatan Prabowo menjadi Menhan, kini pengangkatan eks tim Mawar lainnya Brigjen TNI Yulius Selvanus dan Brigjen TNI Dadang Hendrayudha menjadi pejabat strategis di eselon I Kemenhan semakin membuat Publik tidak percaya terhadap Jokowi, utamanya mereka yang dulu memberikan harapan dipundaknya soal penyelesaian masalah pelanggaran HAM masa lalu.
Jokowi telah mengingari dua janjinya untuk menyelesaikan permasalahan HAM di masa lalu. Pertama karena mantan walikota Solo ini menyerahkan kuasa pertahanan negara (Kemenhan) kepada Prabowo yang diduga berperan besar terhadap kejahatan kemanusiaan.Â
Kedua, Jokowi mengangkat orang yang sudah pernah diadili dan dihukum oleh peradilan dengan kasus penculikan aktivis. Keputusan ini bisa diimajinasikan bahwa seakan-akan Negara menjadi pemaaf dan lupa terhadap pelanggaran biadap di era Orde Baru dan harusnya menegakkan tuntutan reformasi semaksimal mungkin.
Keputusan ini juga semakin menambah luka korban kejahatan HAM masa lalu yang tak kunjung mendapatkan nasib yang jelas atau keadilan. Dukungan yang mereka berikan dulu kepada Jokowi salah satunya agar tak ingin Indonesia dipimpin oleh Prabowo yang menjadi dalang penculikan aktivis dan dikenal dekat dengan Orde Baru.Â
Bagai luka disiram air cuka, teramat pedih untuk melihat Prabowo dan tim Mawarnya kembali menjadi bagian dari pemerintahan negara ini. Ini bukan hanya sekedar praktek pragmatism kekuasaan, tetapi juga sebuah upaya merendahkan nilai-nilai reformasi.
Bagi Jokowi, jelas tidak mungkin berniat secara sengaja untuk kembali memperbesar luka lama yang dipendam oleh para korban HAM masa lalu.Â