Mohon tunggu...
Jessy Nora Sandy
Jessy Nora Sandy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya

Jessy Nora Sandy, mahasiswa sastra Indonesia UNESA 2023. Penulis pemula yang gemar berbagi cerita dan pemikiran melalui tulisan. Ikuti blog saya untuk membaca berbagai topik menarik!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nyawa di Ujung Bahasa

16 November 2024   12:25 Diperbarui: 16 November 2024   12:35 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepuk tangan memenuhi ruangan. Di sudut matanya, Satrio melihat Mbah Karso mengangguk puas. Perjuangan mereka belum selesai, tapi setidaknya langkah pertama telah diambil.

Malam itu, di beranda rumahnya yang baru, sebuah rumah sederhana di pinggiran kota Tegal, Satrio dan Kinanti duduk bersama, mendengarkan suara kentongan dari kejauhan. Kinanti menyandarkan kepalanya di bahu Satrio.

"Mas," bisiknya, "aku hamil." Satrio menoleh, terkejut dan bahagia. "Tenane, Kin?"

Kinanti mengangguk. "Dan aku ingin anak kita nanti belajar bahasa Tegal sebagai bahasa pertamanya."

"Mesthi, Kin. Lan mengko bocah kuwi bakal ngerti nek ning saben tembung sing disinaoni, ana sejarah sing nyimpen kekuatan."

Di kejauhan, kentongan masih berbunyi, membawa pesan-pesan kuno yang kini memiliki makna baru. 

Satrio mengeluarkan buku catatan kakeknya dan mulai menulis "Kanggo anakku sing durung lair. Rungokna critane bapakmu iki. Crita ngenani basa sing mbenahi sandi, ngenani perjuangan sing belih tau mati..."

***
 

Delapan bulan kemudian, di rumah sakit kecil di Kota Tegal, tangisan bayi memecah keheningan malam. Putri pertama Satrio dan Kinanti lahir tepat saat kentongan berbunyi dua belas kali, waktu yang dianggap keramat dalam tradisi Tegal.

"Jenenge sapa, Mas?" tanya Kinanti lemah tapi bahagia.

"Kusuma Wicara," jawab Satrio, menggendong putrinya yang mungil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun