Mohon tunggu...
Jessy Nora Sandy
Jessy Nora Sandy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya

Jessy Nora Sandy, mahasiswa sastra Indonesia UNESA 2023. Penulis pemula yang gemar berbagi cerita dan pemikiran melalui tulisan. Ikuti blog saya untuk membaca berbagai topik menarik!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nyawa di Ujung Bahasa

16 November 2024   12:25 Diperbarui: 16 November 2024   12:35 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bahasa adalah saksi sejarah, penjaga rahasia, dan pembawa kebenaran. Dan hari ini, kita akan belajar bahasa Tegal bukan hanya untuk berbicara, tapi untuk memahami siapa kita sebenarnya."

Di sudut ruangan, Kinanti tersenyum. Di tangannya tergenggam buku tua peninggalan kakek Satrio, kini menjadi bagian kurikulum wajib di sekolah-sekolah. Skandal yang terbongkar melalui kode bahasa daerah telah memaksa pemerintah mengembalikan pembelajaran bahasa lokal ke sekolah.

Di luar kelas, angin bertiup lembut membawa bunyi kentongan dari kejauhan, seolah mengamini bahwa dalam setiap kata yang terucap dalam bahasa leluhur, tersimpan kekuatan yang tak pernah bisa sepenuhnya dipadamkan. Suara kentongan dari kejauhan membuat Satrio termenung sejenak. Lima belas tahun yang lalu, di tempat yang sama, kakeknya sering mengajaknya duduk di beranda sembari mendengarkan kentongan berbunyi. 

"Kentongan kuwi ora mung kanggo tanda, Tio. Kentongan kuwi nyimpen cerita," kata kakeknya kala itu.

Kini ia paham maksud kalimat itu. Setelah skandal terungkap, investigasi menemukan bahwa sistem kentongan tradisional Tegal ternyata menyimpan pola- pola yang mirip dengan kode enkripsi modern. Para pejuang kemerdekaan tidak hanya menggunakan bahasa Tegal sebagai sandi, tetapi juga mengintegrasikannya dengan sistem komunikasi tradisional.

"Pak Satrio," suara Kinanti membuyarkan lamunannya. "Ada tamu dari Kementerian."

Di ruang kepala sekolah. Ya, Satrio kini menjabat sebagai kepala sekolah khusus yang fokus pada pelestarian bahasa dan budaya, di sana nampak duduk seorang pria berjas rapi. Namanya Wijaya, kepala departemen pelestarian bahasa daerah yang baru dibentuk setelah skandal itu terbongkar.

"Kami ingin mengembangkan program ini ke seluruh Indonesia," kata Wijaya. 

"Tapi ada masalah. Beberapa dokumen kuno yang terkait dengan kode-kode rahasia masih belum bisa dipecahkan. Kami butuh bantuan Anda."

Satrio dan Kinanti bertukar pandang. Mereka tahu ini akan terjadi. Sejak skandal itu terbongkar, banyak arsip rahasia ditemukan di berbagai daerah, tertulis dalam bahasa lokal yang telah dimodifikasi menjadi kode.

"Ada yang aneh dengan semua ini," kata Satrio.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun