Berbekal pengetahuan itu, mereka akan mampu mengembangkan potensi dan kapasitas diri untuk menjadi individu yang produktif. Selain itu, mereka juga menyadari pentingnya berempati, memiliki sikap ingin menolong dan toleransi yang baik.Â
Hasil akhirnya, masyarakat sehat mental tidak memberikan stigma dan diskriminasi terhadap orang lain dengan gangguan mental. Justru, mereka dapat berperan sebagai agen atau kader yang menyebarluaskan informasi dan layanan kesehatan mental yang dapat diakses oleh pihak yang membutuhkan.
Perayaan Hari Kesehatan Mental Sedunia setiap tanggal 10 Oktober menjadi salah satu momen penting yang dapat dimanfaatkan untuk mengkampanyekan pentingnya kesehatan Mental.Â
Di tahun 2020 ini, temanya adalah "Kesehatan Mental untuk Semua: Perluas Investasi, Perluas Akses untuk Semua Orang dan Dimana saja."(5) Tema ini mendorong langkah para tenaga profesional di bidang kesehatan mental untuk semakin maju dalam memberikan psikoedukasi maupun akses layanan psikologis bagi orang yang membutuhkan.
Salah satu wujud nyata dari tema perayaan Hari Kesehatan Mental Sedunia ini adalah semakin meningkatnya jumlah dan kemudahan dalam mengakses informasi tentang kesehatan mental. Secara khusus,akses melalui berbagai media sosial dan pembelajaran yang populer, seperti Facebook, Instagram, Twitter, Zoom Meeting, Google Meet, dan lainnya.
Faktanya, jumlah tenaga kesehatan jiwa profesional di Indonesia masih sangat kurang dan belum merata hingga ke pelayanan kesehatan primer atau puskesmas.(6) Hal ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Indonesia karena aspek geografis sebagai negara kepulauan yang menyulitkan pemerataan akses layanan.
Indonesia dengan penduduk sekitar 264 juta jiwa juga hanya memiliki 48 rumah sakit jiwa. Sementara di seluruh Indonesia, hanya ada 600 hingga 800 psikiater yang berarti bahwa, satu psikiater harus melayani 300.000 hingga 400.000 orang.(7)
Upaya kuratif kini dapat dioptimalkan dengan pemanfaatan teknologi digital. Psikolog klinis maupun psikiater merancang suatu bentuk pelayanan kesehatan mental yang dapat diakses dari mana saja dan oleh siapa saja, selama ia mampu menggunakan gawai yang terhubung dengan internet. Dengan peluang ini, psikolog klinis dapat menjangkau kawula muda yang melek dengan teknologi digital.Â
Di era pandemi, saat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar masih diberlakukan, layanan daring menjadi semakin bertambah kuantitas dan popularitasnya baik yang disediakan secara gratis maupun berbayar. Meskipun demikian, kualitas layanan yang diberikan pada klien tetap perlu dijaga dan dioptimalkan.