Mohon tunggu...
Jessyka Malau
Jessyka Malau Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Penikmat musik dan kopi hitam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Masyarakat Sehat Mental, Pembangunan Indonesia Optimal

11 Oktober 2020   23:05 Diperbarui: 6 Desember 2021   11:52 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mental Health | Foto oleh Polina Zimmerman dari Pexels

Kesehatan mental merupakan indikator penting dalam perkembangan manusia karena berperan dalam menentukan kesejahteraan dan kualitas hidup individu. (1) Seorang dengan kondisi sehat mental akan mampu menggunakan potensinya dengan maksimal untuk mencapai hidup yang bahagia dan bermakna. Sebaliknya, apabila seorang tidak sehat mental atau mengalami gangguan psikologis, ia akan mengalami hambatan dalam keberfungsian hidupnya sehari-hari.

Masyarakat yang sehat mental akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Tentu saja, ini menjadi modal utama untuk pembangunan bangsa Indonesia yang optimal. 

Masyarakat yang sehat mental mampu berfungsi secara utuh dalam pengembangan potensi diri melalui pendidikan, pekerjaan dan pemberdayaan. Kondisi ini akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, yang mana semakin tinggi level pembangunan manusia, maka akan semakin bertumbuh ekonomi melalui peningkatan kapabilitas, kreativitas, dan produktivitas.(2)

Sayangnya, Indonesia masih belum serius bekerja untuk menangani kesehatan mental. Menurut Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, lebih dari 19 juta penduduk usia diatas 15 tahun terkena gangguan mental emosional dan lebih dari 12 juta orang berusia diatas 15 tahun diperkirakan telah mengalami depresi. 

Sementara itu, tujuh dari seribu Rumah Tangga terdapat anggota keluarga dengan gangguan skizofrenia atau psikosis. (3) Dampak dari kondisi ini tentu saja berimbas pada aspek ekonomi. Hasil penelitian Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan bahwa depresi dan kecemasan menyebabkan kerugian ekonomi global sebesar 1 triliun dolar setiap tahunnya akibat hilangnya produktivitas sumber daya manusia. (4)

Ilustrasi gangguan mental. Foto dari Freepik.com
Ilustrasi gangguan mental. Foto dari Freepik.com
Lantas, upaya apa yang dapat dilakukan? Dalam meningkatkan kualitas kesehatan mental baik dalam tingkat individu, kelompok maupun masyarakat, dibutuhkan tenaga kesehatan yang profesional. 

Namun, upaya untuk menjadikan masyarakat sehat mental tidak hanya menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah atau tenaga kesehatan saja. Peran serta keluarga, masyarakat dan lembaga terkait justru dibutuhkan untuk menggerakkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. 

Sebagai psikolog klinis, saya mengusulkan sebuah peta jalan yang dapat ditempuh bersama untuk meningkatkan kesehatan mental masyarakat Indonesia demi pembangunan bangsa yang lebih optimal.

Pertama, upaya pencegahan meningkatnya gangguan kesehatan mental atau upaya preventif. Psikolog klinis berperan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai isu kesehatan mental dengan melakukan penyuluhan dan psikoedukasi secara kreatif dan sesuai dengan karakteristik masyarakat. 

Hal yang penting diperhatikan dalam upaya ini adalah membangun partisipasi aktif masyarakat dengan berkolaborasi dengan berbagai pihak yang terkait.

Dalam hal ini, psikolog klinis sebaiknya melakukan kerja sama dengan tenaga profesional lainnya, seperti psikiater, dokter, konselor, bidan, perawat jiwa, guru, dan lainnya. Tujuan upaya preventif melalui psikoedukasi adalah masyarakat memiliki pengetahuan yang tepat dan memadai tentang pentingnya kesehatan mental. 

Berbekal pengetahuan itu, mereka akan mampu mengembangkan potensi dan kapasitas diri untuk menjadi individu yang produktif. Selain itu, mereka juga menyadari pentingnya berempati, memiliki sikap ingin menolong dan toleransi yang baik. 

Hasil akhirnya, masyarakat sehat mental tidak memberikan stigma dan diskriminasi terhadap orang lain dengan gangguan mental. Justru, mereka dapat berperan sebagai agen atau kader yang menyebarluaskan informasi dan layanan kesehatan mental yang dapat diakses oleh pihak yang membutuhkan.

Perayaan Hari Kesehatan Mental Sedunia setiap tanggal 10 Oktober menjadi salah satu momen penting yang dapat dimanfaatkan untuk mengkampanyekan pentingnya kesehatan Mental. 

Di tahun 2020 ini, temanya adalah "Kesehatan Mental untuk Semua: Perluas Investasi, Perluas Akses untuk Semua Orang dan Dimana saja."(5) Tema ini mendorong langkah para tenaga profesional di bidang kesehatan mental untuk semakin maju dalam memberikan psikoedukasi maupun akses layanan psikologis bagi orang yang membutuhkan.

Salah satu wujud nyata dari tema perayaan Hari Kesehatan Mental Sedunia ini adalah semakin meningkatnya jumlah dan kemudahan dalam mengakses informasi tentang kesehatan mental. Secara khusus,akses melalui berbagai media sosial dan pembelajaran yang populer, seperti Facebook, Instagram, Twitter, Zoom Meeting, Google Meet, dan lainnya.

Hari Kesehatan Mental Sedunia 2020. Foto dari IG @himpsipusat
Hari Kesehatan Mental Sedunia 2020. Foto dari IG @himpsipusat
Kedua, upaya pemulihan atau penanganan berbagai gangguan kesehatan mental atau disebut juga dengan istilah upaya kuratif. Terkait upaya ini, Indonesia membutuhkan tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan yang memadai, baik secara kuantitas dan kualitas. 

Faktanya, jumlah tenaga kesehatan jiwa profesional di Indonesia masih sangat kurang dan belum merata hingga ke pelayanan kesehatan primer atau puskesmas.(6) Hal ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Indonesia karena aspek geografis sebagai negara kepulauan yang menyulitkan pemerataan akses layanan.

Ilustrasi Penanganan Psikologis via pingpoint.co.id
Ilustrasi Penanganan Psikologis via pingpoint.co.id
Pada tahun 2019, menurut catatan Ikatan Psikologi Klinis (IPK) Indonesia, jumlah psikolog klinis yang terverifikasi per 5 Mei adalah 1.143 orang. Namun, Indonesia tak cuma kekurangan tenaga psikolog klinis, tetapi juga psikiater dan fasilitas Rumah Sakit Jiwa (RSJ). 

Indonesia dengan penduduk sekitar 264 juta jiwa juga hanya memiliki 48 rumah sakit jiwa. Sementara di seluruh Indonesia, hanya ada 600 hingga 800 psikiater yang berarti bahwa, satu psikiater harus melayani 300.000 hingga 400.000 orang.(7)

Upaya kuratif kini dapat dioptimalkan dengan pemanfaatan teknologi digital. Psikolog klinis maupun psikiater merancang suatu bentuk pelayanan kesehatan mental yang dapat diakses dari mana saja dan oleh siapa saja, selama ia mampu menggunakan gawai yang terhubung dengan internet. Dengan peluang ini, psikolog klinis dapat menjangkau kawula muda yang melek dengan teknologi digital. 

Di era pandemi, saat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar masih diberlakukan, layanan daring menjadi semakin bertambah kuantitas dan popularitasnya baik yang disediakan secara gratis maupun berbayar. Meskipun demikian, kualitas layanan yang diberikan pada klien tetap perlu dijaga dan dioptimalkan.

 

Ilustrasi layanan konseling daring via psychologytoday.com
Ilustrasi layanan konseling daring via psychologytoday.com
Ketiga, upaya promotif dengan menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan mental masyarakat. Psikolog klinis dapat melakukan advokasi dengan beberapa instansi pemerintahan yang terkait dengan upaya pembangunan sumber daya manusia. 

Salah satunya dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum kesehatan mental dapat diintegrasikan sebagai materi pendukung dalam pendidikan karakter di tingkat SD, SMP, dan SMA. Pendidikan karakter yang melibatkan pentingnya mengasah tidak hanya keterampilan akademis, juga emosional dan spiritual.

Upaya promotif juga melibatkan peran penting dari keluarga. Keluarga menjadi tempat utama bagi individu untuk belajar, bertumbuh dan berkembang. Keluarga juga sebagai dasar yang fundamental untuk menanamkan akan pentingnya nilai-nilai kebaikan dan kebajikan. 

Psikolog klinis berupaya mendorong keterlibatan aktif keluarga dan orang tua untuk mengembangkan kesehatan mental anak dan remaja. Kelak, merekalah yang akan menjadi generasi emas 2045 yang produktif membangun bangsa Indonesia.

Peran keluarga dalam upaya promotif kesehatan mental via creativaimages.com
Peran keluarga dalam upaya promotif kesehatan mental via creativaimages.com
Kesehatan mental tidak hanya berdampak bagi kesejahteraan individu, namun juga pada kesejahteraan keluarga, masyarakat dan meluas pada kesejahteraan bangsa. 

Bila bangsa Indonesia mau lebih serius dalam memperhatikan kesehatan mental masyarakatnya melalui berbagai upaya preventif, kuratif maupun promotif, maka bukanlah hal yang sulit untuk bisa memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas.

Masyarakat sehat mental dapat belajar dengan lebih baik, bekerja lebih produktif, berkreasi dan memanfaatkan potensi dengan maksimal. Untuk mewujudkannya, tidak dapat dicapai dalam hitungan hari. Kita membutuhkan kerja sama yang baik antara tenaga kesehatan, pemerintah, lembaga, dan masyarakat serta dibarengi optimisme yang kuat. Alhasil, kita hakul yakin pembangunan Indonesia pun dapat menjadi lebih optimal. Semoga!

*Penulis adalah psikolog klinis yang menyediakan psikoedukasi melalui platform Instagram @viapsikologia

Referensi:
(Silakan mengacu pada referensi pranala yang saya cantumkan sesuai poinnya)

  1. United Nations Department of Economic and Social Affairs Disability. "Mental Health and Development." dalam situs United Nations. 
  2. Darma Agung. "Revolusi Mental & Pembangunan Manusia Indonesia - Analisis Data Katadata" dalam situs Katadata. 
  3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. "Pentingnya Peran Keluarga, Institusi dan Masyarakat Kendalikan Gangguan Kesehatan Jiwa." dalam situs kemkes.go.id. 
  4. World Health Organization. "Mental Health in Workplace" dalam situs WHO 
  5. Ingrid Daniels. "Mental Health for All Greater Investment -- Greater Access. Everyone, Everywhere" dalam situs World Federation of Mental Health
  6. Humas UGM. "Minim Psikolog, Ribuan Penderita Gangguan Jiwa Belum Tertangani" dalam situs Universitas Gadjah Mada. 
  7. Aulia Adam. "Defisit Psikiater dan Psikolog, Sebarannya Terpusat di Jawa" dalam situs Tirto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun