Mohon tunggu...
Jessica Anjelina Situmorang
Jessica Anjelina Situmorang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Akuntansi/Universitas Mercu Buana

Mahasiswa Sarjana Akuntansi - NIM 43222120038 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuis 3 - Menjadi Sarjana dan Kemampuan Melakukan Practical Value Rationality

28 September 2024   09:34 Diperbarui: 28 September 2024   09:39 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Modul dosen : Prof. Dr. Apollo M.Si.Ak 

Practical Value Rationality menjadi sangat penting karena di dunia nyata, terutama dalam bidang akademik, profesional, dan sosial, keputusan tidak selalu bisa diukur hanya berdasarkan efisiensi atau manfaat langsung. Ada situasi di mana tindakan perlu dibimbing oleh prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang lebih dalam, terutama ketika tindakan tersebut mempengaruhi orang lain atau memiliki implikasi etis yang signifikan.

Practical Value Rationality (Rasionalitas Nilai Praktis) adalah konsep yang menekankan pada bagaimana seseorang membuat keputusan yang tidak hanya berorientasi pada tujuan praktis atau hasil, tetapi juga berdasarkan nilai-nilai moral, etika, atau keyakinan yang dianggap penting oleh individu tersebut. Dalam Practical Value Rationality, tindakan rasional tidak hanya diukur berdasarkan efektivitas atau efisiensi, tetapi juga oleh sejauh mana tindakan tersebut selaras dengan nilai-nilai yang diyakini.

Mengapa Sebagai sarjana perlu  memiliki kemampuan Practical Value Rationality ?  

    Sebagai seorang sarjana, memiliki kemampuan Practical Value Rationality (Rasionalitas Nilai Praktis) sangat penting karena peran dan tanggung jawab sarjana tidak hanya berkaitan dengan pencapaian intelektual, tetapi juga mencakup kontribusi etis dan sosial terhadap masyarakat. Kemampuan ini membantu sarjana dalam mengambil keputusan yang tidak hanya efektif dan efisien, tetapi juga sesuai dengan nilai-nilai moral, etika, dan tanggung jawab sosial yang lebih luas.

1. Menyeimbangkan Pengetahuan Teoritis dengan Realitas Praktis

   Sarjana seringkali berada di persimpangan antara teori dan praktik. Pengetahuan yang mereka peroleh dari pendidikan formal perlu diterapkan dalam situasi nyata yang sering kali lebih kompleks dan tidak selalu hitam-putih. Dalam banyak kasus, solusi yang tampak paling "rasional" dari perspektif instrumental (efisiensi dan hasil langsung) mungkin tidak sesuai secara moral atau etis. Dengan memiliki kemampuan Practical Value Rationality, seorang sarjana dapat mengintegrasikan pemahaman teoritis dengan realitas praktis, memastikan bahwa solusi yang diterapkan tetap mempertimbangkan nilai-nilai moral dan kemanusiaan.

Contoh:

Dalam dunia ekonomi, teori mungkin menunjukkan bahwa memotong anggaran sosial dapat menghemat biaya negara. Namun, Practical Value Rationality akan menuntut seorang ekonom untuk mempertimbangkan dampak sosial dari keputusan tersebut, seperti meningkatnya kemiskinan atau ketidakadilan sosial. Seorang sarjana yang memiliki Practical Value Rationality akan menyeimbangkan manfaat ekonomi dengan tanggung jawab moral untuk melindungi masyarakat yang rentan.

2. Menghadapi Dilema Etis dalam Dunia Akademik dan Profesional

    Dalam karir akademik atau profesional, sarjana sering dihadapkan pada dilema etis. Mereka mungkin harus memilih antara keputusan yang memberikan hasil yang cepat dan efisien, namun tidak etis, dengan keputusan yang lebih lambat atau lebih sulit tetapi sesuai dengan prinsip moral. Kemampuan Practical Value Rationality memungkinkan sarjana untuk memilih tindakan yang tidak hanya efektif secara praktis, tetapi juga konsisten dengan nilai-nilai etis.

Contoh:

Seorang peneliti medis mungkin dihadapkan pada dilema apakah akan menggunakan metode penelitian yang kurang etis, seperti menguji obat tanpa persetujuan penuh dari pasien. Metode tersebut mungkin mempercepat penelitian dan menghasilkan hasil yang lebih cepat, tetapi tidak menghormati hak pasien. Dengan Practical Value Rationality, peneliti ini akan mampu membuat keputusan yang menghormati nilai-nilai etis, meskipun mungkin memperlambat proses penelitian.

3. Tanggung Jawab Sosial Sarjana dalam Mengambil Keputusan yang Berkelanjutan

     Sebagai individu yang sering dijadikan panutan dalam masyarakat, sarjana memiliki tanggung jawab untuk membuat keputusan yang tidak hanya bermanfaat jangka pendek tetapi juga berkelanjutan dan bertanggung jawab secara sosial. Practical Value Rationality membantu sarjana untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan yang mereka ambil, baik dalam konteks pribadi, profesional, maupun sosial. Dengan ini, keputusan yang mereka ambil cenderung berdampak positif dalam jangka panjang dan menjaga keberlanjutan moral, sosial, dan lingkungan.

Contoh:

Dalam bidang arsitektur dan perencanaan kota, seorang sarjana yang mendesain bangunan atau lingkungan tidak hanya perlu mempertimbangkan efisiensi biaya dan teknologi modern, tetapi juga bagaimana bangunan tersebut akan mempengaruhi komunitas sekitar, termasuk aspek keberlanjutan lingkungan, kenyamanan sosial, dan keadilan spasial. Sarjana yang memiliki Practical Value Rationality akan mendesain dengan mempertimbangkan keseimbangan antara efisiensi praktis dan keberlanjutan jangka panjang.

4. Menghindari Rasionalitas Sempit yang Hanya Berfokus pada Hasil

     Dalam beberapa situasi, terutama di dunia profesional, ada kecenderungan untuk menggunakan rasionalitas instrumental yang hanya berfokus pada hasil akhir atau efisiensi proses, tanpa memperhatikan dampak sosial atau moral dari keputusan tersebut. Sarjana yang memiliki Practical Value Rationality dapat menghindari rasionalitas sempit ini dengan melihat keputusan dari sudut pandang yang lebih luas, yang tidak hanya melibatkan efektivitas praktis tetapi juga mempertimbangkan dampak terhadap orang lain, keadilan, dan tanggung jawab sosial.

Contoh:

Seorang sarjana di bidang teknologi mungkin diminta untuk mengembangkan algoritma yang secara signifikan meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan data. Namun, algoritma tersebut mungkin melanggar privasi pengguna. Dengan hanya menggunakan rasionalitas instrumental, sarjana mungkin melihat proyek tersebut sebagai "sukses" karena mencapai tujuannya dengan cara yang efisien. Namun, dengan Practical Value Rationality, sarjana akan mempertimbangkan apakah algoritma ini sesuai dengan nilai-nilai privasi dan apakah pantas digunakan meskipun efisien.

5. Membangun Integritas dan Kredibilitas

     Sarjana yang mampu menerapkan Practical Value Rationality cenderung lebih dihormati dan dipercaya karena mereka dianggap sebagai individu yang tidak hanya mementingkan pencapaian teknis tetapi juga peduli terhadap nilai-nilai moral dan etika. Ini membantu membangun integritas dan kredibilitas mereka, baik di dunia akademik, profesional, maupun di mata publik. Kemampuan untuk mempertimbangkan dimensi etis dalam setiap keputusan akan memperkuat kepercayaan orang lain terhadap kejujuran dan komitmen moral sarjana tersebut.

Contoh:

Dalam dunia politik atau kebijakan publik, sarjana yang selalu membuat keputusan berdasarkan Practical Value Rationality akan dianggap sebagai individu yang berintegritas. Misalnya, seorang peneliti yang transparan mengenai potensi bias dalam hasil penelitiannya dan yang tidak mengabaikan aspek etika dalam metode penelitian, akan lebih dihormati daripada mereka yang hanya fokus pada hasil atau kemajuan akademis.

Mengapa ketiadaan Practical Value Rationality dalam pengambilan keputusan oleh sarjana dapat menimbulkan konsekuensi negatif?

Ketiadaan Practical Value Rationality dalam pengambilan keputusan oleh sarjana dapat menimbulkan konsekuensi negatif karena beberapa alasan mendasar yang berkaitan dengan pengabaian nilai-nilai moral, sosial, dan keberlanjutan. 

Berikut adalah beberapa poin penting yang menjelaskan mengapa hal ini dapat berdampak negatif:

1. Pengabaian Aspek Moral dan Etika

     Practical Value Rationality mendorong pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai moral dan etika, tidak hanya pada efisiensi atau hasil. Ketika aspek ini diabaikan, keputusan yang diambil mungkin cepat dan efektif secara jangka pendek, tetapi melanggar prinsip-prinsip moral yang lebih mendasar. Hal ini dapat mengakibatkan keputusan yang terlihat "benar" dari perspektif praktis, namun berdampak buruk secara moral.

Dampak negatif: Keputusan yang mengabaikan etika bisa menyebabkan ketidakpercayaan terhadap sarjana atau lembaga yang terkait, dan memperburuk integritas serta keadilan sosial.

2. Dampak Sosial Jangka Panjang yang Diabaikan

     Ketika sarjana fokus pada hasil yang instan dan efisien tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang, keputusan mereka mungkin menciptakan masalah sosial yang lebih besar di masa depan. Practical Value Rationality mempertimbangkan implikasi sosial yang lebih luas dari sebuah tindakan atau kebijakan, sedangkan keputusan yang hanya berfokus pada efektivitas praktis sering kali mengabaikan bagaimana masyarakat akan terpengaruh dalam jangka panjang.

Dampak negatif: Ketimpangan sosial, ketidakadilan, atau kerusakan struktural di masyarakat bisa terjadi sebagai konsekuensi dari keputusan yang mengabaikan dampak sosial, meskipun efisien dalam jangka pendek.

3. Kerusakan Keberlanjutan dan Lingkungan

     Keputusan yang hanya mementingkan efisiensi praktis sering kali mengorbankan keberlanjutan, baik dari segi sumber daya alam maupun kesejahteraan masyarakat. Practical Value Rationality melibatkan evaluasi tentang apakah keputusan tersebut akan berdampak positif secara berkelanjutan atau justru merusak dalam jangka panjang.

Dampak negatif: Tanpa mempertimbangkan keberlanjutan, tindakan yang diambil mungkin merusak lingkungan atau memicu masalah ekologi yang lebih besar, seperti kerusakan ekosistem, pencemaran, atau perampasan sumber daya yang berkelanjutan.

4. Pengabaian Keadilan Sosial

     Salah satu elemen penting dari Practical Value Rationality adalah memperhitungkan keadilan sosial dalam pengambilan keputusan. Tanpa itu, keputusan yang diambil mungkin hanya menguntungkan sebagian pihak yang memiliki kekuasaan atau akses, sementara kelompok rentan dan minoritas terabaikan.

Dampak negatif: Keputusan yang tidak adil atau diskriminatif dapat memperburuk ketimpangan sosial, menciptakan lebih banyak ketidaksetaraan, dan pada akhirnya menimbulkan konflik sosial.

5. Erosi Kepercayaan Masyarakat terhadap Akademisi

     Masyarakat sering kali memandang sarjana sebagai figur yang memberikan kontribusi untuk kepentingan umum. Ketika sarjana mengabaikan nilai-nilai moral dan sosial, publik mungkin kehilangan kepercayaan terhadap mereka, merasa bahwa keputusan yang diambil tidak lagi mendukung kesejahteraan bersama.

Dampak negatif: Kepercayaan masyarakat terhadap akademisi dan institusi ilmu pengetahuan dapat terkikis, sehingga menghambat kolaborasi dan dukungan publik terhadap penelitian atau kebijakan yang diusulkan oleh para sarjana.

6. Kurangnya Akuntabilitas dalam Inovasi Teknologi

     Dalam pengembangan teknologi, Practical Value Rationality sangat penting untuk memastikan bahwa inovasi dilakukan secara bertanggung jawab, dengan mempertimbangkan dampak jangka panjang pada privasi, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat. Tanpa ini, sarjana dapat terjebak dalam mengejar kemajuan teknologi yang cepat tetapi tanpa memperhitungkan risikonya.

Dampak negatif: Tanpa pertimbangan etis dan tanggung jawab sosial, teknologi baru bisa disalahgunakan atau menyebabkan kerusakan yang tidak terduga, seperti masalah privasi yang serius, penyalahgunaan data, atau ketimpangan digital yang semakin lebar.

Bagaimana sarjana dapat menerapkan rasionalitas berbasis nilai untuk memastikan bahwa keputusan mereka selaras dengan nilai-nilai sosial dan etika?

Seorang sarjana dapat menerapkan rasionalitas berbasis nilai untuk memastikan keputusan mereka selaras dengan nilai-nilai sosial dan etika dengan beberapa cara berikut:

  1. Pendidikan Etika
    Sarjana harus mempelajari dan memahami prinsip-prinsip etika serta nilai-nilai sosial yang relevan dengan bidang studi mereka. Ini dapat meliputi kursus atau pelatihan tentang etika profesional yang mengajarkan cara menilai dan mempertimbangkan dampak sosial dari keputusan yang diambil.

  2. Melibatkan Pemangku Kepentingan
    Dalam proses pengambilan keputusan, sarjana harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat, organisasi non-pemerintah, dan individu yang terdampak. Dengan mendengarkan perspektif mereka, sarjana dapat memahami kebutuhan dan harapan masyarakat, sehingga keputusan yang diambil lebih inklusif.

  3. Analisis Dampak Sosial
    Sebelum membuat keputusan, sarjana perlu melakukan analisis mendalam tentang potensi dampak jangka pendek dan jangka panjang dari keputusan tersebut terhadap masyarakat. Ini mencakup mempertimbangkan bagaimana keputusan akan memengaruhi kelompok yang berbeda dan apakah keputusan tersebut dapat menciptakan ketidakadilan atau ketidaksetaraan.

  4. Keterbukaan dan Transparansi
    Sarjana harus berkomitmen untuk bersikap terbuka mengenai proses pengambilan keputusan, termasuk metode, data yang digunakan, dan alasan di balik pilihan yang diambil. Keterbukaan ini membantu membangun kepercayaan dan memungkinkan masyarakat untuk memahami serta mengevaluasi keputusan yang dibuat.

  5. Refleksi dan Penyesuaian
    Setelah keputusan diambil, sarjana perlu mengevaluasi hasilnya dan siap untuk melakukan penyesuaian jika diperlukan. Jika dampak dari keputusan tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai etika atau sosial yang diharapkan, sarjana harus bersedia untuk memperbaiki dan mengubah pendekatan mereka.

  6. Kolaborasi Interdisipliner
    Menggunakan pendekatan kolaboratif dengan profesional dari berbagai disiplin ilmu dapat membantu sarjana mendapatkan wawasan yang lebih holistik tentang masalah yang dihadapi. Hal ini memungkinkan mereka untuk mempertimbangkan berbagai perspektif dan implikasi etis dari keputusan yang diambil.

Kesimpulan

     Sebagai sarjana, memiliki kemampuan Practical Value Rationality sangat penting karena keputusan yang diambil tidak hanya mempengaruhi hasil praktis, tetapi juga menyentuh nilai-nilai sosial, moral, dan etika yang lebih luas. Kemampuan ini memastikan bahwa sarjana mempertimbangkan dampak jangka panjang dari tindakan mereka dan membuat keputusan yang tidak hanya efisien, tetapi juga bertanggung jawab secara sosial dan etis. Ketiadaan Practical Value Rationality dapat menyebabkan konsekuensi negatif, seperti pengabaian aspek moral, ketidakadilan sosial, serta kerusakan lingkungan dan kepercayaan publik, meskipun keputusan tersebut mungkin tampak efektif dalam jangka pendek. Hal ini berisiko memperburuk masalah sosial dan merusak hubungan antara akademisi dan masyarakat.

    Untuk menerapkan rasionalitas berbasis nilai, sarjana perlu memahami prinsip-prinsip etika dan sosial yang relevan, melibatkan pemangku kepentingan, melakukan analisis dampak sosial, bersikap transparan, serta bersedia merefleksikan dan menyesuaikan keputusan yang diambil. Dengan demikian, mereka dapat memastikan bahwa keputusan yang dibuat tidak hanya praktis dan efisien, tetapi juga selaras dengan nilai-nilai sosial dan etika, menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat.

Daftar Pustaka 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun